Catatan Perjalananku: Opera Sydney, Australia
Diembus angin sepoi, aku bersama teman, menghadiri peringatan hubungan diplomatik Australia dan Rindunesia. Dan kali ini mementaskan budaya Nusantara. Sungguh aku merasa bangga sebagai orang Rindunesia. Pandangan negatif yang selama ini ada dalam hatiku lenyap seketika.
Dulu sebelum aku mengenal budaya Australia, dan keberuntungan memihakku dengan memberiku beasiswa, ada semacam antipati terhadap negeri kanguru itu. Negeri yang dicitrakan sebagai “keturunan” para residivis, pemecah persatuan Rindunesia, atau semacamnya, perlahan tapi pasti musnah. Setelah aku bercengkrama dengan Australia, aku merasa tak ada sedikitpun hal negatip pada rakyatnya. Mungkin orang per orang saja yang mempunyai sentimen kurang baik terhadap Rindunesia. Namun aku yakin hanya segelintir orang saja. Sepertinya ketegangan hanya terjadi di tingkat antar pemerintahan saja. Dan aku mulai mengenal Australia sebagai negeri yang ramah. Tak kalah dengan Rindunesia.
Budaya nusantara mulai diperkenalkan ke publik Australia. Sebentar lagi aku akan masuk ke gedung opera, yang bangunannya bak sebuah kapal layar. Aku membaca katalog acara yang akan dipertunjukkan. Ada tari Saman, Kecak, Gambyong, dan ansambel musik angklung serta gamelan. Sungguh mengasyikkan. Budaya tanah airku diperagakan di negeri orang. Di gedung opera Sydney yang amat terkenal itu.
Aku masuk antrean dulu ya ... Nanti aku ceritakan hasil pandangan mataku. Oke?
terlalu mengekspose kata "aku" secara tidak proporsional...
BalasHapusmenurutku sih...
ya memang sisi "aku" yang ditonjolkan ... namanya juga belajar ...
BalasHapusKalau saya ... ntar jadi novel RW/RT dan juga lurah dong hehehe ...
btw, stw, mtp, makasih kritike ...