Header Ads

HARI SELASA KERAMAT

Tak habis pikir kenapa keluarga besar saya mengeramatkan hari Selasa. Bepergian tidak boleh pada Selasa. Menyunatkan anaknya pantang ketika hari Selasa. Membuka usaha, darah kami ialah bisnis yang kadang saya berpikir inilah yang bikin kami gahar dan sering tak rasional, tidak diperkenankan pada Selasa. Bahkan, kemungkinan besar anggota keluarga yang sudah menikah mengeramatkan Selasa agar tidak berintim ria. Koplak otak saya kalau sudah dihadapkan realita seperti ini.

'Kirim berkas lamaran kerja jangan Selasa. Pamali!'

Apakah saya melawan ketidakwajaran keluarga saya secara kasar? Tidak. Saya ikuti aliran dahulu sembari menelisik ada apa dengan hari Selasa yang spesial itu? Saya intinya tidak mau menyakiti keyakinan sebagian besar anggota keluarga kami. Lebih baik saya berada pada posisi netral. Saya tidak boleh egois langsung mencap itu suatu kesesatan yang harus saya berantas. Alah, itu sekadar hiburan segar!

Pun saya bertanya pada tetua keluarga dan mendapat jawaban jika hari Selasa ialah nahas Simbah Kakung meninggal. Saya sih tidak tahu perangi Simbah Kakung kaya apa. Belum lahir saya. Sebenarnya dalam batin saya berkata konyol sekali. Sudah Simbah Kakung meninggalkan kita malah hari Selasa diabadikan dan diwariskan agar pada Selasa was was sewaktu waktu malaikan Izrail datang. Untuk manusia zaman sekarang mungkin itu tidak logis.

Tidak puas dengan alasan seperti itu, saya mengotak atik sendiri biar Selasa Keramat lebih bertaji dan bisa saya kunci sebagai jawaban bernalar. Otak saya putar kencang, menarik kenangan dan asupan bacaan saya selama ini.

Hipotesis saya begini:

Karena sebagian besar anggota keluarga saya pebisnis, Selasa bisa jadi punya makna besar. Realitanya, Sabtu dan Minggu puncak ramainya usaha dengan banyaknya pengunjung toko semisal. Ini akan mengalami penurunan pada hari Senin karena kesibukan orang orang kantor yang mulai masuk kerja. Nah, Selasa kemungkinan besar titik jenuh usaha. Was was itu saya artikan kesigapan kita untuk lebih kreatif menaikkan aura bisnis agar tidak menurun alih alih naim pesat lagi sampai menjumpai akhir minggu.

Begitulah ulasan gathuk mathuk saya sebagai usaha mendapatkan jalan tengah agar tak frontal menolak anggapan leluhur saya. Kadang saya menerima, tak jarang saya menerabas Selasa Keramat.

Namanya juga hidup. Asyik asyik saja, Kawan!

Tidak ada komentar