Header Ads

Media Buas, Masyarakat Mati Ngenas: Kegagalan Total Menkominfo

Seperti sanggul saja ini logo. Atau berniat menyerupai bakwan goreng alias bala bala?


Memburu berita. Menampilkan kepada khalayak. Tanpa harus mencari sensasi berujung rating. Dan tampilan iklan berentetan. Duit bukan segalanya. Namun tanpanya, tak kuasa. Seharusnya awak media lebih adil dalam berkarya. Tak harus membodohi warga, tak menimbulkan kepanikan. Karena kita hidup bersama, haruslah saling menjaga. Dengan segala kerendahan hati, teruntuk kawan pers, saya memohon tahanlah diri Anda.

Berpikir, jika media adalah senjata terdepan memajukan bangsa. Mencerdaskan penduduk, dengan informasi yang menggugah, memotivasi, dan menghibur. Jurnalisme menjadi penggerak sosial, merapatkan barisan seluruh komponen bangsa untuk menyatu. Menuju perubahan yang dicitakan bersama. Membentuk karakter bangsa, yang tengah porak poranda. Meski, beralasan segala bencana, tak adillah kita akan kemandekan jalan negeri ini. Dan, media seakan membuat keruh suasana. Ia bermain di ujung duri menghunjam menghantam lembah ketidakdewasaan.

Media Indonesia adalah media sekarat. Yang bak monster perenggut kemanusiawian. Bisa mematikan relung, menghipnotis tanpa bisa mengembalikan sukma anak anak negeri. Ia adalah candu tak berkonsep, dilingkupi oleh para mafia haus publisitas. Janganlah seperti itu wahai Teman Media.

Menggagas Media yang Toleran

Toleransi, teposliro, tenggangrasa. Rasanya kata kata itu tak ada lagi. Musnah oleh demokrasi yang bukan diri kami. Bukan jiwa kami. Melayang kami dibuat oleh ruh demokrasi yang serasa bukan nyawa kami. Gotongroyong telah hilang tak berbekas. Menguap berganti dengan si jahat dari barat. Dan media tak mampu sekadar berpikir kritis tentang absahnya si Demokrasi. Malah mereka asyik bermasyuk dengan kebebasan menampilkan berita secara seronok. Tak berkendali. Anehnya, para punggawa redaksi seperti kalap, mengejar kepuasan batin mereka sendiri. Kamilah tumbal dari semua ini. Membuat kami mengigau tanpa bisa bangun kembali.

Media yang baik adalah berimbang. Cerdas dan tanpa harus berkerut kerut berbahasa. Semua kalangan bisa menerima. Yang pandai tak merasa dibodohi, lalu si Butuh bisa belajar dari media tanpa harus terbantingbanting mengikuti. Media milik bersama, tak satupun ditinggalkan. Sayuk rukun, membangun sistem informasi dengan kejujuran.

Dan, inilah kegagalan Kementrian Komunikasi dan Informasi. MUTLAK GAGAL.

Mari membenahi bersama. Tanpa harus menyalahkan satu sama lain.

Informasi yang berimbang adalah dambaan kami.

Tidak ada komentar