NINI ANTEH: Mencicip Menu Rumahan Sunda di Warung Klasiknya
Nini Anteh, saya pikir empunya warung berparas geulis khas Tasik. Namun apa nyana jika plang warung memajang lukisan wajah nenek peyot. Akibat semasa kecil saya mencandu sandiwara radio Nini Pelet, imajinasi saya menyasar jika warung ini menyuguhkan menu horor seperti oseng oseng orok, sate usus manusia, rawon otak cebol, dan segala yang mengerikan. Maju mundur saat di pelataran parkir Nini Anteh, saya belum kuat mental untuk jadi kanibal.
'Ya Alloh, ampuni saya!' lutut saya beradu.
Seorang bapak tua dalam kostum orange tukang parkirnya menyapa saya dengan bahasa Sunda lemes alias halus. Saya hanya bisa 'muhun, muhun, muhun. Iya, iya, iya.' Kosakata saya masih terbatas. Peluit yang si bapak kalungkan di lehernya jadi perhatian saya. Kalau peluit itu menyalak, Nini Pelet bangkit menghampiri saya dan menjadikan saya anak buahnya mengacaukan dunia. Tak mau pikiran saya makin kacau, saya melangkah masuk warung.
***
Masakan sunda yang bejibun terhampar di ruang paling depan. Beberapa pramusaji mengulas senyum Priangan Timur yang menggoda. Saya meminta izin memotret terlebih dahulu sembari menunggu teman hadir. Wah, wah, wah, menu di sini semuanya merangsang berahi kuliner. Tampak enak dan ingin segera saya lahap. Saya memang penggemar masakan sunda. Asal nggak pedas. Leker, surga kuliner di sini!
Mata saya lantas tertumbuk pada segunung rendang jengkol. Jantung saya langsung berhenti berdetak barang tiga detik. Kilau jengkol itu meluluhkan segala permasalahan hidup saya. Utang lewat, soal asmara meluap, dan segala penenangan lain. Tapi nanti dulu, teman saya belum hadir.
Ruang tengah dan belakang warung, atau lebih tepatnya saya bilang resto, bercitarasa sunda tempo doeloe. Atau, Belanda masa lalu? Banyak ornamen jadul yang dipasang hingga pikiran berkelana ke zaman perjuangan. Tempat duduknya asyik, klasik punya. Berada di ruangan ini rasanya nyaman pisan. Saya suka sekali dan kasih nilai 8,5 bintang.
Oh, teman saya sudah sampai. Masalah makanan, jangan ragukan pendapat saya. Top banget. Kalau masih sangsi, sila datang ke Jalan Dewi Sartika dekat ELTI, ya. Salam kuliner Tasik!
Post a Comment