LASMINI NYALEG!
Ada dua hiburan menarik waktu saya kecil dan itu berkesan juga
melejitkan imajinasi saya: sandiwara radio dan layar tancap. Tak ada
yang mengalahkan keduanya karena mereka menawarkan kejutan yang mampu
bikin penasaran dan otak kita berasa di remas remas namun kita menikmati sensasi laranya.
Radio sangat berbeda dengan televisi. Alat ciptaan ilmuwan Marconi itu lebih bersahabat dengan pemirsanya karena merangsang saraf otak untuk berpikir dengan membayangkan adegan per adegan apapun acaranya. Tidak dengan televisi yang cenderung bersifat destruktif dengan tayangan kejar tayang berbasis rating, radio lebih relaks dan menentramkan.
Saur Sepuh, sandiwara radio yang kesohor dengan tiga tokoh utama Brama Kumbara, Mantili, dan Lasmini. Kisahnya seputar intrik kekuasaan di Kerajaan Madangkara dan percintaan antar ketiganya. Adegan ketika para tokoh beradu dengan silat mereka, jeritan dan lenguhan, dibarengi efek musik yang mendukung bikin pendengarnya tersihir dan masuk dalam imajinasi liar sang penulis cerita dan sutradara sandiwara radio itu.
Pun Saur Sepuh yang punya jutaan penggemar menarik minat produser untuk memfilmkannya. Ini juga menarik karena tokoh utama Saur Sepuh di sandiwara radio jadi pemeran utama di film. Girang bukan kepalang saat mereka tampil di layar tancap dengan suara empuk yang sama. Plek jiplek. Layar tancap yang biasa diputar di lapangan bola desa seolah jadi magnet yang membuat seisi kampung semarak. Sungguh memori yang indah!
***
RR. Murti Sari Dewi muncul mengentak kancah perpolitikan. Ia pemeran Lasmini. Lama tak terdengar, ia mencalonkan diri sebagai calon legislator dari Partai Gerindra untuk wilayah pemilihan Klaten. Dahsyatnya, ia bersaing dengan Angel Lelga dari P3 yang dulu terkenal sebagai bintang panas yang insyaf berjilbab.
Kenapa Lasmini memilih Gerindra? Itu yang bikin semua bertanya tanya. Bukan seniman jika tak pandai mencari peluang. Agaknya, Lasmini tertarik dengan logo Gerindra yaitu garuda. Cocok sekali dengan Saur Sepuh yang ceritanya memang ada garudanya. Seolah Murti Sari Dewi, nama yang mirip merek produk susu dan roti, ingin membangkitkan kenangan pemirsanya agar memilijnya jadi caleg.
Pertanyaan selanjutnya, musuh Lasmini ialah Angel Lelga. Jangan sepelekan Lelga yang meskipun secara kualitas pemikiran banyak yang meragukan, namun perempuan ini tak ubahnya kuda hitam yang bertenaga. Jika Lasmini piawai silat, Lelga silet. Bukan silét yang dalam bahasa Jawa berarti anus, tpi silet yaitu alat kerok jambang. Bukankah Lelga pandai bersilat lidah? Ingat kasus asmaranya dengan Raja Dangdut? Itu bukti Lelga penakluk yang brilian. Lasmini harusekstra waspada jila ingin melenggang ke Senayan.
Apa kira kira yang hendak ditawarkan Lasmini? Mungkinkah ia punya program memunculkan kembali sandiwara radio dan mewajibkannya ke seluruh keluarga di tanah air? Atau ia akan mengajari silat para anggota DPR agar tak suka tidur dan bermain gadget? Jika benar, Lasmini bisa jadi pilihan keren memajukan politik Nusantara.
Sukses ya, Mbak Lasmini!
Mari merapat di www.rumahdanie.blogspot.com
Radio sangat berbeda dengan televisi. Alat ciptaan ilmuwan Marconi itu lebih bersahabat dengan pemirsanya karena merangsang saraf otak untuk berpikir dengan membayangkan adegan per adegan apapun acaranya. Tidak dengan televisi yang cenderung bersifat destruktif dengan tayangan kejar tayang berbasis rating, radio lebih relaks dan menentramkan.
Saur Sepuh, sandiwara radio yang kesohor dengan tiga tokoh utama Brama Kumbara, Mantili, dan Lasmini. Kisahnya seputar intrik kekuasaan di Kerajaan Madangkara dan percintaan antar ketiganya. Adegan ketika para tokoh beradu dengan silat mereka, jeritan dan lenguhan, dibarengi efek musik yang mendukung bikin pendengarnya tersihir dan masuk dalam imajinasi liar sang penulis cerita dan sutradara sandiwara radio itu.
Pun Saur Sepuh yang punya jutaan penggemar menarik minat produser untuk memfilmkannya. Ini juga menarik karena tokoh utama Saur Sepuh di sandiwara radio jadi pemeran utama di film. Girang bukan kepalang saat mereka tampil di layar tancap dengan suara empuk yang sama. Plek jiplek. Layar tancap yang biasa diputar di lapangan bola desa seolah jadi magnet yang membuat seisi kampung semarak. Sungguh memori yang indah!
***
RR. Murti Sari Dewi muncul mengentak kancah perpolitikan. Ia pemeran Lasmini. Lama tak terdengar, ia mencalonkan diri sebagai calon legislator dari Partai Gerindra untuk wilayah pemilihan Klaten. Dahsyatnya, ia bersaing dengan Angel Lelga dari P3 yang dulu terkenal sebagai bintang panas yang insyaf berjilbab.
Kenapa Lasmini memilih Gerindra? Itu yang bikin semua bertanya tanya. Bukan seniman jika tak pandai mencari peluang. Agaknya, Lasmini tertarik dengan logo Gerindra yaitu garuda. Cocok sekali dengan Saur Sepuh yang ceritanya memang ada garudanya. Seolah Murti Sari Dewi, nama yang mirip merek produk susu dan roti, ingin membangkitkan kenangan pemirsanya agar memilijnya jadi caleg.
Pertanyaan selanjutnya, musuh Lasmini ialah Angel Lelga. Jangan sepelekan Lelga yang meskipun secara kualitas pemikiran banyak yang meragukan, namun perempuan ini tak ubahnya kuda hitam yang bertenaga. Jika Lasmini piawai silat, Lelga silet. Bukan silét yang dalam bahasa Jawa berarti anus, tpi silet yaitu alat kerok jambang. Bukankah Lelga pandai bersilat lidah? Ingat kasus asmaranya dengan Raja Dangdut? Itu bukti Lelga penakluk yang brilian. Lasmini harusekstra waspada jila ingin melenggang ke Senayan.
Apa kira kira yang hendak ditawarkan Lasmini? Mungkinkah ia punya program memunculkan kembali sandiwara radio dan mewajibkannya ke seluruh keluarga di tanah air? Atau ia akan mengajari silat para anggota DPR agar tak suka tidur dan bermain gadget? Jika benar, Lasmini bisa jadi pilihan keren memajukan politik Nusantara.
Sukses ya, Mbak Lasmini!
Mari merapat di www.rumahdanie.blogspot.com
Post a Comment