LARRY
'Kalian tidak pernah sadar!' seru Tom, teman bule AS saya.
'Kenapa, Tom?' tanya saya sembari menyodorkan secangkir kopi dan kudapan ringan.
Jogja tidak segerah seminggu lalu. Sabtu ini mendung. Namun ini membuat Tom tidak suka. Ia lebih senang panas terik karena itulah yang ia cari di negeri ini.
Tom menyeruput kopi dan berkata:
'Negeri kalian Negeri Sihir?!'
Saya hampir tersedak dalam kunyahan saya. Maksud Tom apa?
Lanjutnya, 'Apa yang ada di sini adalah inspirasi. Mau tahu salah satu rahasianya?'
Mengangguk diri saya.
'Kau tahu Larry King? Larry Holmes?' tanya Tom.
'Larry King si awak TV top, Larry Holmes, petinju terkenal zaman dulu.' jawab saya.
'Itu baru dua Larry. Banyak Larry di Amerika. Lawrence tepatnya. Kami terinspirasi dari hal sepele di sini: LARON. Bagi kalian tak berguna. Untuk kami, itu ajaib!'
'Kok bisa?'
'Cari sendiri jawabannya, Danie!'
Tom terbahak dalam penasaran saya.
'Kenapa, Tom?' tanya saya sembari menyodorkan secangkir kopi dan kudapan ringan.
Jogja tidak segerah seminggu lalu. Sabtu ini mendung. Namun ini membuat Tom tidak suka. Ia lebih senang panas terik karena itulah yang ia cari di negeri ini.
Tom menyeruput kopi dan berkata:
'Negeri kalian Negeri Sihir?!'
Saya hampir tersedak dalam kunyahan saya. Maksud Tom apa?
Lanjutnya, 'Apa yang ada di sini adalah inspirasi. Mau tahu salah satu rahasianya?'
Mengangguk diri saya.
'Kau tahu Larry King? Larry Holmes?' tanya Tom.
'Larry King si awak TV top, Larry Holmes, petinju terkenal zaman dulu.' jawab saya.
'Itu baru dua Larry. Banyak Larry di Amerika. Lawrence tepatnya. Kami terinspirasi dari hal sepele di sini: LARON. Bagi kalian tak berguna. Untuk kami, itu ajaib!'
'Kok bisa?'
'Cari sendiri jawabannya, Danie!'
Tom terbahak dalam penasaran saya.
Post a Comment