Ngayogjazz 2012 & Kesederhanaan Jogja Istimewa
'Yang, Ngayogjazz besok Minggu! Kita wajib nonton lho, Yang.'
SMS kekasihku masuk ke hapeku bertanda pukul 18.35. Aku telat membalas karena latihan capoeiraku yang molor saking senangnya melompat, bersalto, dan mendarat cantik. Dalam kaosku yang basah keringat, kubalas:
'Melewatkannya, penyesalan seumur hidup kita.'
Ia mengirim kembali pesan, 'Kau selalu romantis, Yang. Dari awal kita bertemu tak berubah.'
Napasku masih memburu, kugerakkan jemari tanganku laiknya kipas ibu ibu gila arisan. Kuangkat botol air mineral 600 mL, kuteguk separuhnya sekali napas.
'Matur nuwun, Jogja. Terima kasih.' batinku sembari kuperhatikan teman teman lain di lapangan badminton di sebelah matras capoeira.
Jujur, Jogja telah banyak mengajariku arti kedewasaan, kebijaksanaan, segalanya. Dipertemukan dengan kekasih jelitaku sudah tak bisa disangkal lagi. Juga, Jogja mengenalkanku pada jazz yang cukup mewakili pribadiku. Musik pembebasan aku menyebutnya. Berawal dari orang Afro Amerika Serikat yang memainkannya di jalanan, jazz menembus sekat budaya sampailah ke Jogja. Ke telingaku.
Masih kuingat obrolan setahun lalu dengan sobat Sunda kentalku.
'Aku iri padamu, Dan! Di Jogja, makanan murah. Hiburan semua tersedia, banyak yang gratis pula. Tapi biarpun murah atau gratis, tak mengurangi kualitasnya.'
Meski aku bukan orang Jogja asli, hatiku seperti tersirami embun. Sejuk. Perkataan sobatku tadi benar adanya. Keistimewaan Jogja ialah kesederhanaan dan kejujuran dalam menampilkan dirinya. Di tangan warga Jogja, apapun jadi luar biasa menakjubkan. Menilik Ngayogjazz dua tahun sebelumnya, jazz yang dikenal awam sebagai musik berat dan eksklusif berubah merakyat. Ya, itu karena lokasi perhelatannya sangat mengejutkan; kebun Ki Joko Pekik atau Pasar Kotagede. Menjungkirbalikkan pendapat umum bukan?
'Dan, ngapain kau melamun? Diputus pacarmu ya? Alhamdulillah!' Aby mengagetkanku. Pukulannya di pundakku sangat keras.
'Doamu bagus ya .... Supaya kamu bisa dekati aku kan?' serangku.
Kami pun meledakkan tawa. Lalu kuceritan pada Aby rencanaku menonton Ngayogjazz. Dia sangat tertarik dan mengusulkan mengajak teman teman capoeira. Aku setuju.
'Minggu Legi 18 November kan, Dan?' Aby memastikan.
Aku tersenyum mengiyakan.
________
Sumber gambar: ngayogjazz
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com
Post a Comment