The Song of Sparrows (Majid Majidi, 2008)
Children of Heaven adalah contoh terpenting keberhasilan Iran menawarkan budayanya kepada masyarakat dunia. Majid Majidi sebagai sutradara benar benar menampilkan Iran yang sungguh humanis. Tak melulu garang seperti yang dipromosikan oleh musuh bebuyutannya, Amerika Serikat, yang anehnya dulu dua negeri ini pernah menjadi sekutu untuk melibas Irak. Kesan kehidupan sederhana dari Zahra dan Ali membekas dan menginspirasi kita untuk lebih menghargai peran anak anak dalam kehidupan ini.
Kali ini The Song of Sparrows: Nyanyian burung burung pipit.
Dibuka dengan paparan pekerjaan Karim sebagai buruh di suatu peternakan burung onta kisah menakjubkan film ini berawal. Karim, yang hidup bersama keluarga besarnya di luaran Teheran, bertemperamen sangat keras tapi juga lembut kepada istri dan ketiga anaknya. Konflik mulai ditampilkan saat salah satu burung onta lepas dari kandang. Dicari cari, Karim tak berhasil mendapatkannya kembali. Dan, putri sulung Karim, yang tuna rungu, rusak alat bantu pendengarannya. Padahal penghasilan Karim tidak seberapa.
Berbagai permasalahan yang diterima Karim membawa dirinya ke Kota Teheran. Satu persatu keberuntungan menghinggapi Karim. Kejutan demi kejutan ditampilkan oleh sutradara hingga membuat penonton terperangah.
Film ini berhasil mengaduk emosi pemirsa dengan konflik batin; kesuksesan-kegagalan, kebaikan-murka, saling bergantian memenuhi seluruh isi cerita. Majid Majidi sangat brilian menampilkan detail konflik berikut solusi yang tak berat dan tak perlu bersungut sungut dalam mencerna apa yan ingin ia sodorokan. Sekali lagi, The Song of Sparrows berhasil memikat tanpa jeda dari awal hingga akhir cerita.
Terlalu banyak adegan indah yang harus diceritakan. Hingga bercerita secara panjang lebar akan mengurangi keindahan film ini.
Tiga kata penting bagi The Song of Sparrows: Artistik, Jenius, dan Memikat.
Nilai: 9,5 dari 10.
Post a Comment