Fly Away Home (Carroll Ballard, 1999): Seorang Gadis Induk 16 Angsa
Tiga kata untuk film ini: Fantastik, Spektakuler, dan Menyentuh.
Baiklah, ada dua topik yang bisa diulas dalam resensi Fly Away Home, yaitu cerita dan teknik pembuatan film.
Yang pertama, sudut pandang kisah.
Diangkat dari autobiografi Bill Lishman, seorang penemu asal Kanada, film ini menghentak betapa penting hubungan harmonis antara manusia dan alam. Tak harus berkoar koar menyelamatkan dunia dengan tindakan besar bin ajaib. Menyelenggarakan konferensi penyelamatan alam boleh boleh saja. Tapi alam tindak membutuhkan aksi yang terlalu lambat, namun segera. Dari tindakan kecil, jika diakumulasikan menjadi luar biasa.
Pesan ringan namun dalam di film ini mengisahkan persahabatan Amy Alden, diperankan sangat apik oleh Anna Paquin, bersama 16 angsa. Ia menemukan telur telur di dekat rumah ayahnya, yang terlantar saat hutan dekat rumah mereka dirayah oleh buldozer.
Amy yang baru saja bersedih ditinggal mati oleh ibunda tercintanya di Selandia Baru, dibawa ayahnya ke Kanada. Dan ia baru saja beradaptasi ayahnya, yang bercerai dari ibunya sejak Amy berumur 3 tahun. Amy hanya hidup bersama ibunya. Dan hanya ibunya yang ia kenal.
Pertemuan Amy dengan angsa angsa kecil yang ia tetaskan di gudang milik ayahnya menjadi titik kekuatan film ini. Menurut saintifik, Angsa akan mengadopsi apa apa yang dilakukan oleh induknya. Dan Amy lah yang dianggap angsa-angsa itu sebagai ibunya.
Permasalahan muncul ketika menjelang waktu migrasi angsa dari Kanada ke Amerika Serikat di musim gugur. Angsa angsa itu belum bisa terbang?
Tom, ayah Amy, yang juga tengah bergelut dengan penemuannya tentang mesin terbang, mempunyai ide untuk mengajari angsa angsa terbang. Dengan apa? Mesin terbang, pesawat terbang. Awalnya sangat susah mengajari. Karena angsa angsa itu tak merasa Tom induknya. Cerita terus mengasyikkan karena Amy berusaha menerbangkan mesin ayahnya. Mengantarkan angsa angsa bermigrasi ke Amerika Serikat.
Tak bisa dibayangkan kejadian sesungguhnya saat Tom dan Amy terbang melintasi laut internasional mengantar angsa angsa, sampai pihak tentara menyangka mereka musuh. Dan ini betul betul kisah nyata. Diangkat dari kisah nyata.
Sudut pandang kedua, teknik pembuatan film.
Sutradara dan kru membuat seluruh film tampak riil. Mulai dari menyatakan kembali scene scene Amy dan angsa angsa menjadi semacam persahabatan yang unik. Itu sungguh tidak mudah. Dibutuhkan waktu syuting yang sangat panjang. Hingga angsa angsa besar. Tapi sudahlah itu menjadi rahasia para kru, karena cerita yang dijual berasal
Secara umum, menonton Fly Away Home akan takjub dan merasakan jika kita amatlah kecil dibanding apa yang dilakukan Amy. Sangat bodoh jika beranggapan kita adalah insan terunggul dengan egosentris yang kita buat.
Selamat menikmati film yang layak mendapat 9 bintang dari 10 ini.
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com
Baiklah, ada dua topik yang bisa diulas dalam resensi Fly Away Home, yaitu cerita dan teknik pembuatan film.
Yang pertama, sudut pandang kisah.
Diangkat dari autobiografi Bill Lishman, seorang penemu asal Kanada, film ini menghentak betapa penting hubungan harmonis antara manusia dan alam. Tak harus berkoar koar menyelamatkan dunia dengan tindakan besar bin ajaib. Menyelenggarakan konferensi penyelamatan alam boleh boleh saja. Tapi alam tindak membutuhkan aksi yang terlalu lambat, namun segera. Dari tindakan kecil, jika diakumulasikan menjadi luar biasa.
Pesan ringan namun dalam di film ini mengisahkan persahabatan Amy Alden, diperankan sangat apik oleh Anna Paquin, bersama 16 angsa. Ia menemukan telur telur di dekat rumah ayahnya, yang terlantar saat hutan dekat rumah mereka dirayah oleh buldozer.
Amy yang baru saja bersedih ditinggal mati oleh ibunda tercintanya di Selandia Baru, dibawa ayahnya ke Kanada. Dan ia baru saja beradaptasi ayahnya, yang bercerai dari ibunya sejak Amy berumur 3 tahun. Amy hanya hidup bersama ibunya. Dan hanya ibunya yang ia kenal.
Pertemuan Amy dengan angsa angsa kecil yang ia tetaskan di gudang milik ayahnya menjadi titik kekuatan film ini. Menurut saintifik, Angsa akan mengadopsi apa apa yang dilakukan oleh induknya. Dan Amy lah yang dianggap angsa-angsa itu sebagai ibunya.
Permasalahan muncul ketika menjelang waktu migrasi angsa dari Kanada ke Amerika Serikat di musim gugur. Angsa angsa itu belum bisa terbang?
Tom, ayah Amy, yang juga tengah bergelut dengan penemuannya tentang mesin terbang, mempunyai ide untuk mengajari angsa angsa terbang. Dengan apa? Mesin terbang, pesawat terbang. Awalnya sangat susah mengajari. Karena angsa angsa itu tak merasa Tom induknya. Cerita terus mengasyikkan karena Amy berusaha menerbangkan mesin ayahnya. Mengantarkan angsa angsa bermigrasi ke Amerika Serikat.
Tak bisa dibayangkan kejadian sesungguhnya saat Tom dan Amy terbang melintasi laut internasional mengantar angsa angsa, sampai pihak tentara menyangka mereka musuh. Dan ini betul betul kisah nyata. Diangkat dari kisah nyata.
Sudut pandang kedua, teknik pembuatan film.
Sutradara dan kru membuat seluruh film tampak riil. Mulai dari menyatakan kembali scene scene Amy dan angsa angsa menjadi semacam persahabatan yang unik. Itu sungguh tidak mudah. Dibutuhkan waktu syuting yang sangat panjang. Hingga angsa angsa besar. Tapi sudahlah itu menjadi rahasia para kru, karena cerita yang dijual berasal
Secara umum, menonton Fly Away Home akan takjub dan merasakan jika kita amatlah kecil dibanding apa yang dilakukan Amy. Sangat bodoh jika beranggapan kita adalah insan terunggul dengan egosentris yang kita buat.
Selamat menikmati film yang layak mendapat 9 bintang dari 10 ini.
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com
Post a Comment