Mobil Boks Naturalisasi: Instan tapi Seksi
Satu mobil boks meluncur di malam buta. Di jalanan Kota Armsterdam yang sudah senyap. Tak membunyikan klakson, sang sopir berparas tegang. Kerut di pelipisnya tampak, dengan dua tangannya mengendalikan mobil dengan amat kaku. Ini mobil yang sangat istimewa. Mobil dengan boks luar bertulis 'Naturalisasi'.
Warga Kota Armsterdam sudah tidur pulas. Seharian bekerja membuat mereka tak sempat lagi sekadar menonton televisi. Acara hanya melulu yang tidak membuat hasrat menaik. Dan nyenyak adalah pilihan paling enak. Lampu lampu lalu lintas hanya berkedip kedip kuning. Merah dan hijau sudah tidak difungsikan. Karena memang sudah jarang mobil melintas. Polisi polisi pun tak mampu menahan kantuk. Tidur di kursi dengan kaki melintang di atas meja. Satu cangkir kopi telah habis. Tak mujarab untuk diajak bekerja lembur. Patroli tak ada.
Mobil Naturalisasi berhenti di gang gelap. Sang sopir turun, tidak membanting pintu. Pelan pelan, supaya tidak dicurigai orang orang sekitar. Tak bolehlah para gelandangan bangun, lalu berteriak teriak, dan menarik penasaran warga Armsterdam untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sang Sopir membuka topi, dan menggeraikan rambutnya. Ia perempuan.
Menuju boks, ke belakang, membuka pintu. Senter yang ia pegang dinyalakan. Segerombolan orang berada di dalam boks. Mata mata tersorot cahaya. Banyak mata. Wajah mereka coreng cemoreng. Dengan baju yang tercabik cabik.
'Kita sudah sampai?' terdengar satu suara.
'Sudah jangan banyak omong,' Sopir perempuan berucap tegas tapi pelan. 'Berapa orang kalian?'
'Sepuluh. Mati satu. Di sini tinggal sembilan' jawab satu orang yang sepertinya pimpinan orang orang di dalam boks.
'Kemana yang satu?'
'Mati. Kami buang ke laut.'
'Kenapa bisa mati?'
'Sakit. Kami takut sakitnya menular.'
Sang sopir menyorot satu persatu muka orang orang di dalam boks.
'Siapa anak kecil itu?' tanyanya.
'Anakku Nona.' jawab satu orang ibu.
'Kenapa ikut kau bawa?'
'Saya tidak bisa meninggalkannya sendiri.'
Bayi itu tampak menyusu ibunya.
'Ya sudah.' Sopir Perempuan menutup kembali kepalanya dengan topinya. 'Segera kalian ke luar. Pergilah ke mana kalian suka. Kalian sudah sampai Armsterdam. Tanggungjawabku sudah selesai.'
'Kita sudah sampai?' tanya pimpinan gerombolan.
'Sudah. Cepat kalian pergi sebelum subuh datang.'
Imigran gelap. Mereka penyelundup. Masuk ke Armsterdam lewat jalur laut. Berniat mengadu nasib di negeri orang. Ya, mereka berasal dari Indonesia.
Ini adalah program rahasia. Penyelundupan orang orang, yang rapih dan dibekingi oleh oknum aparat keamanan. Tujuan jangka panjang program: Menjadikan orang orang selundupan sebagai warga negara Belanda, hidup berdampingan dengan warga lokal, dan beranak pinak. Selanjutnya, anak anak blasteran Indonesia - Belanda dihasilkan. Dan dinaturalisasi menjadi Warga Nusantara.
Gen gen baru dimunculkan. Dua bakat antar bangsa berhasil diciptakan. Dengan program Naturalisasi.
Warga Kota Armsterdam sudah tidur pulas. Seharian bekerja membuat mereka tak sempat lagi sekadar menonton televisi. Acara hanya melulu yang tidak membuat hasrat menaik. Dan nyenyak adalah pilihan paling enak. Lampu lampu lalu lintas hanya berkedip kedip kuning. Merah dan hijau sudah tidak difungsikan. Karena memang sudah jarang mobil melintas. Polisi polisi pun tak mampu menahan kantuk. Tidur di kursi dengan kaki melintang di atas meja. Satu cangkir kopi telah habis. Tak mujarab untuk diajak bekerja lembur. Patroli tak ada.
Mobil Naturalisasi berhenti di gang gelap. Sang sopir turun, tidak membanting pintu. Pelan pelan, supaya tidak dicurigai orang orang sekitar. Tak bolehlah para gelandangan bangun, lalu berteriak teriak, dan menarik penasaran warga Armsterdam untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sang Sopir membuka topi, dan menggeraikan rambutnya. Ia perempuan.
Menuju boks, ke belakang, membuka pintu. Senter yang ia pegang dinyalakan. Segerombolan orang berada di dalam boks. Mata mata tersorot cahaya. Banyak mata. Wajah mereka coreng cemoreng. Dengan baju yang tercabik cabik.
'Kita sudah sampai?' terdengar satu suara.
'Sudah jangan banyak omong,' Sopir perempuan berucap tegas tapi pelan. 'Berapa orang kalian?'
'Sepuluh. Mati satu. Di sini tinggal sembilan' jawab satu orang yang sepertinya pimpinan orang orang di dalam boks.
'Kemana yang satu?'
'Mati. Kami buang ke laut.'
'Kenapa bisa mati?'
'Sakit. Kami takut sakitnya menular.'
Sang sopir menyorot satu persatu muka orang orang di dalam boks.
'Siapa anak kecil itu?' tanyanya.
'Anakku Nona.' jawab satu orang ibu.
'Kenapa ikut kau bawa?'
'Saya tidak bisa meninggalkannya sendiri.'
Bayi itu tampak menyusu ibunya.
'Ya sudah.' Sopir Perempuan menutup kembali kepalanya dengan topinya. 'Segera kalian ke luar. Pergilah ke mana kalian suka. Kalian sudah sampai Armsterdam. Tanggungjawabku sudah selesai.'
'Kita sudah sampai?' tanya pimpinan gerombolan.
'Sudah. Cepat kalian pergi sebelum subuh datang.'
Imigran gelap. Mereka penyelundup. Masuk ke Armsterdam lewat jalur laut. Berniat mengadu nasib di negeri orang. Ya, mereka berasal dari Indonesia.
Ini adalah program rahasia. Penyelundupan orang orang, yang rapih dan dibekingi oleh oknum aparat keamanan. Tujuan jangka panjang program: Menjadikan orang orang selundupan sebagai warga negara Belanda, hidup berdampingan dengan warga lokal, dan beranak pinak. Selanjutnya, anak anak blasteran Indonesia - Belanda dihasilkan. Dan dinaturalisasi menjadi Warga Nusantara.
Gen gen baru dimunculkan. Dua bakat antar bangsa berhasil diciptakan. Dengan program Naturalisasi.
Post a Comment