Pemimpin Saya yang Semakin Tambun
Semakin gemuk, menuju bulatan sempurna. Itulah potret pemimpin saya. Yang ogah berdiet, terlalu banyak duduk. Tumpukan lemak di mana mana. Terutama di sekitar wajah. Tampak seperti kue bakpao. Alih alih menggemaskan, saya merasa malu, mengapa berpunya pemimpin tak memperhatikan bentuk tubuhnya. Begitukah yang ingin ditunjukkan kepada warga pemilihnya?
'Hai, ini saya. Sehat, makmur, dan chubby kan?'
Ukuran kemakmuran? Agaknya harus dikupas tuntas. Bagaimana bisa seorang pemimpin berperut buncit? Pasti ia tidak gesit. Untuk mengejar ketertinggalan di arena pacu bersama pemimpin dunia lain, dipastikan terkencing kencing tak akan mampu. Ingat Saudara, ini adalah lomba pengaruh. Jika memengaruhi warga dengan orasi membahana, baiklah saya menerima dengan takzim. Tapi, bualan berkedok intelek pun masih bisa diragukan. Masalah tubuh yang makin menggembur, pertanyaan teramat berat. Apakah koki istana dengan cerdas memberikan asupan gizi kepada atasannya?
Ramping saja menjadi kendala. Ditanya, 'Kau diet palsu ya?' atau 'Pasti kau pakai susuk!'
Dan lain sebagainya. Apalagi ini tampak nyata, gembrot. Seekor kuda nil pun akan terkekeh, tak terima jika bagindanya berbadan ekstra tambun.
Baiklah, kita tunggu empat tahun mendatang. Apakah ia semakin besar, besar, besar, dan BESAR. Tibalah menusukkan jarum ke tubuhnya. Tepat ke pusar.
Post a Comment