Seni Merampok Brankas Bank
Merampok Bank. Memanfaatkan kelengahan para teller. Mengucap mantra supaya mereka terlena saat saya pura pura mengajukan uang untuk ditabung. Dan saya memberi komando ke satu teller tepat di depan saya untuk menyerahkan uang. Milik bank. Sebanyak 1 milyar rupiah. Ia pasti menurut, karena rajah tebal yang ada di dompet saya membuat jiwa sang teller takluk.
'Hai teller. Turuti perintahku. Berikan uang di brangkas itu padaku.' ucap saya di dalam hati.
Di sebelah kanan saya, arah jam 3, Pak Satpam gelisah curiga. Saya melempar kedip dan senyuman ke satpam bertubuh kurus itu sembari menyebarkan ucapan pengisap yang lain.
'Hai Satpam. Jadilah batu. Jangan mendekat.'
Seketika Pak Satpam tak memedulikan lagi aksi bejat saya. Menguras aset bank.
Si teller memang benar benar teler. Mantap betul sihir yang saya embuskan. Saya tertawa keras di dalam batin. Sungguh, dukun pilihan terbaru saya tokcer. Saya bersumpah, setelah saya menuntaskan tugas mulia ini, saya akan mentraktir Bang Dukun. Saya ajak dugem. Membelanjakan sebagian uang, 2 juta saja buat satu malam. Minum sampai mabuk. Tapi sebelumnya, kami akan menyumbang pembangunan masjid di dekat pub yang kami kunjungi. 1 juta, cukup.
Sudah selesai. Si Teller berhasil mengumpulkan uang, saya menerimanya dengan ucapan terima kasih khas Jepang. Mencondongkan tubuh, berucap 'Kamsia.'
Dan saya melarikan diri. Melemparkan slayer muka di depan bank. Naik motor dengan cepat menuju tempat persembunyian. Kos di antara padat dan kumuhnya rumah rumah warga.
Beristirahat, saya hidupkan televisi. Seluruh tivi swasta memberitakan perampokan. Mereka menganggap berita ini sangat sensasional, seksi untuk dijual dan menarik perhatian para pemirsa di negeri ini. Mengalahkan pidato kenegaraan Presiden RI. 17 Agustus yang MERDEKA. Bagi saya seorang. Yang berhasil mendapatkan uang banyak dengan gemilang. Merampok sebuah bank pemerintah dengan amat fantastis.
Selamat mencari saya. Perampok kelas hebat. Tak ada duanya di negeri ini.
Post a Comment