Keluar dari PNS, Merintis Bisnis Laundry
Berbisnis laundry jika musim liburan seperti ini mengelus dada. Lumayan sepi. Tapi saya tidak boleh mengeluh, harus sabar. Toh keputusan sudah saya terbitkan. Mundur dari PNS, saya bertekad menjadi Bos. Meski saya tak memiliki dasar keturunan orang sukses. Saya bermodal yakin, merintis usaha laundry.
Memang ini bisnis tidak murni ide dari pikiran saya. Menjamur di mana mana. Di setiap sudut Kota Yogyakarta, bertebaran tempat laundry. Tak masalah. Karena saya berpikir, memantik usaha dari bisnis yang tengah tren daripada harus bergulat dengan pikiran idealis.
'Ah yang itu kurang sempurna.' Di hari Minggu.
'Sialan. Sepertinya aku melakukan kesalahan di rencana ini. Orang lain sudah membuat ide ini. Tidak orisinal lagi.' Di Jumat yang lain saya berkeluh kesah.
Mulai dulu dari laundry. Selanjutnya bisa dipikirkan sembari jalan. Untuk sementara, keputusan inilah yang saya rasa baik.
Saya menyewa satu rumah. Lumayan murah. Saya berpikir listrik, mengambil cicilan mesin cuci satu buah, satu pegawai untuk mengurus, keperluan bahan bahan mencuci, dan seterusnya seterusnya. Saatnya otak kanan saya difungsikan, juga otak kiri setelah selama 5 tahun saya bekerja menjadi PNS. Tak ada kreativitas yang saya ciptakan. Saya tenggelam di antara kertas kertas dan dokumen yang membuat hidup semakin menjemukan.
Rencana sangat matang.
Membuka toko sudah dilakukan minggu kemarin.
Saatnya memulai usaha dengan melayani pelanggan sebaik dan seoptimal mungkin.
Terus berdoa semoga usaha lancar, meski persaingan sangat hebat. Tak perlu katabelece, main dukun. Saya menyerahkan sepenuhnya hasil kepada Tuhan. Tapi tentu dengan strategi strategi yang saya gerakkan.
Memang ini bisnis tidak murni ide dari pikiran saya. Menjamur di mana mana. Di setiap sudut Kota Yogyakarta, bertebaran tempat laundry. Tak masalah. Karena saya berpikir, memantik usaha dari bisnis yang tengah tren daripada harus bergulat dengan pikiran idealis.
'Ah yang itu kurang sempurna.' Di hari Minggu.
'Sialan. Sepertinya aku melakukan kesalahan di rencana ini. Orang lain sudah membuat ide ini. Tidak orisinal lagi.' Di Jumat yang lain saya berkeluh kesah.
Mulai dulu dari laundry. Selanjutnya bisa dipikirkan sembari jalan. Untuk sementara, keputusan inilah yang saya rasa baik.
Saya menyewa satu rumah. Lumayan murah. Saya berpikir listrik, mengambil cicilan mesin cuci satu buah, satu pegawai untuk mengurus, keperluan bahan bahan mencuci, dan seterusnya seterusnya. Saatnya otak kanan saya difungsikan, juga otak kiri setelah selama 5 tahun saya bekerja menjadi PNS. Tak ada kreativitas yang saya ciptakan. Saya tenggelam di antara kertas kertas dan dokumen yang membuat hidup semakin menjemukan.
Rencana sangat matang.
Membuka toko sudah dilakukan minggu kemarin.
Saatnya memulai usaha dengan melayani pelanggan sebaik dan seoptimal mungkin.
Terus berdoa semoga usaha lancar, meski persaingan sangat hebat. Tak perlu katabelece, main dukun. Saya menyerahkan sepenuhnya hasil kepada Tuhan. Tapi tentu dengan strategi strategi yang saya gerakkan.
Post a Comment