London Marlondon Bagian 3
Tiga jam yang lalu sebelum seorang wanita kulit hitam ditemukan tewas di rumahnya, lelaki berkemaja hitam dengan kacamatanya yang menyembunyikan ekspresi wajahnya, menguntit lelaki misterius penghasil pundi-pundi uang. Telah lama dia mengincar pembunuh berantai berdarah dingin itu. Namun dia harus memastikan apakah lelaki yang diincarnya itu benar-benar memenuhi ciri-ciri yang disebarkan oleh pihak kepolisian. Dari barang bukti di tempat kejadian pembunuhan gadis-gadis cilik itu, ditemukan beberapa kejanggalan yang sulit untuk melacak data pribadi maupun sidik jari pelaku. Hanya ditemukan sidik jari, tapi agaknya garis-garis di jari pelaku telah sengaja dihilangkan. Atau dengan kata lain jari-jarinya disayat-sayat oleh benda tajam seperti pisau atau lainnya. Ini membuat penyelidikan makin sulit dan menguras tenaga dan pikiran para polisi maupun detektif swasta. Anehnya pelaku itu meninggalkan sebuah pesan yang memberikan gambar sebuah peta London yang masing-masing kota diberikan abjad secara acak. Modus pembunuhan yang meninggalkan jejak paling primitif dalam sejarah kriminalitas.Lelaki pengincar itu menguntit lelaki tersangka dari belakang. Dia usahakan agar gerak-geriknya tidak mencurigakan orang di depannya. Setiap kali lelaki yang diincar itu merasa aneh karena dikuntit seseorang, seketika itu pula lelaki berkemeja hitam menghentikan langkahnya dan berpura-pura memasukkan tangannya ke saku untuk mengeluarkan dan menyalakan cerutunya. Namun ketika mereka berdua berada di dalam kerumunan massa di sebuah pasar buah di pinggir jalan, lelaki incaran itu berbelok ke sebuah gang. Lelaki berkemeja hitam itu pun mempercepat jalannya agar tak kehilangan jejak. Sungguh sial karena lelaki tersangka itu lebih gesit dan telah mengendus penguntitnya. Gang itu ternyata buntu dan hanya dua ekor merpati di dekat keranjang-keranjang buah yang tak terpakai. Dua binatang itu saling bercumbu seakan tak peduli oleh siapa pun yang melewati gang lembap dengan sedikit cahaya yang melingkupinya.
“Sial, aku kehilangan jejak lelaki itu! Hilang sudah kesempatanku mendapatkan hadiah berharga itu.” Umpat lelaki itu.
Akan tetapi terlihat satu garis cahaya dari tempat sejarak lima meter dari tempat lelaki itu berdiri. Dia kemudian mendekati sumber penerangan itu, dengan hati-hati, tetap berusaha menjaga kerahasiaannya. Melewati sepasang merpati putih, dia pun menggerakkan kakinya ke samping untuk mengusir binatang tak peka hadiah itu. Kontan adegan romantis binatang itu pun bubar. Kaokannya terdengar nyaring, seolah mereka hendak protes pada lelaki tak berkemanusiaan yang tega mengganggu mereka.
“Sepertinya aku harus menyelidiki rumah itu, barangkali lelaki sumber uang itu masuk ke dalamnya.”
“Sial, aku kehilangan jejak lelaki itu! Hilang sudah kesempatanku mendapatkan hadiah berharga itu.” Umpat lelaki itu.
Akan tetapi terlihat satu garis cahaya dari tempat sejarak lima meter dari tempat lelaki itu berdiri. Dia kemudian mendekati sumber penerangan itu, dengan hati-hati, tetap berusaha menjaga kerahasiaannya. Melewati sepasang merpati putih, dia pun menggerakkan kakinya ke samping untuk mengusir binatang tak peka hadiah itu. Kontan adegan romantis binatang itu pun bubar. Kaokannya terdengar nyaring, seolah mereka hendak protes pada lelaki tak berkemanusiaan yang tega mengganggu mereka.
“Sepertinya aku harus menyelidiki rumah itu, barangkali lelaki sumber uang itu masuk ke dalamnya.”
Post a Comment