Skuter Butut (Seri Pelancong Gendong)
Skuter ini milik kita. Sebelumnya dirimu, selanjutnya dipakai bersama. Ada bencong lewat, iklan saja. Tes, tes, mesin diengkol. Brum, brum, brum. Menyala. Untung saja kau tidak merokok. Tabik karena tak ada puntung kau jentikkan. Bensin, ladang hangat bagi pencari penghasilan tambahan. Perusahaan minyak NU-SAN-TARA. Tikus, jangan ngumpet! Kusate kau, kukasih makan ke para gelandangan. Juga pengungsi kasus lumpur lapindo.
Mari sayang, kita lihat fenomena pocong dengan skuter kita.
Pak hakim, tolong ban skuter kami bocor. Bapak kan sudah berpengalaman menambal sulam kasus, tolong dibantu Biaya reparasi cincay lah, bisa kita diskusikan. Asal sesuai logika, sesuai hukum rimba pembinggalan Kolonial, deh!
Terima kasih, Pak. Skuter kami bisa berjalan lagi.
Ini ulah bandot jalanan. Mereka menebar paku. Teror mereka buat.
Maaf Pak. Kami hendak melanjutkan perjalanan.
Hai, kalian anak muda. Ini urusan bangsa, jangan asal lari.
Hukum bukan wewenang kami, Pak.
Iya, Pak. Kami pengamat alam. Bukan politik.
Ah, sudah. Dasar bocah ingusan. Tahunya beli DVD bokep. Pergi sana!
Skuter, menyusuri jalan berlubang. Naik, turun, nikmat, seasoi harga minyak dunia. Pijar lampu, kuning, seperti seringai pejabat listrik negeri. Udara bersih sekali. Dihirup bebas, dalam, menyehatkan.
Skuter, rasa kita berpadu
Mari sayang, kita lihat fenomena pocong dengan skuter kita.
Pak hakim, tolong ban skuter kami bocor. Bapak kan sudah berpengalaman menambal sulam kasus, tolong dibantu Biaya reparasi cincay lah, bisa kita diskusikan. Asal sesuai logika, sesuai hukum rimba pembinggalan Kolonial, deh!
Terima kasih, Pak. Skuter kami bisa berjalan lagi.
Ini ulah bandot jalanan. Mereka menebar paku. Teror mereka buat.
Maaf Pak. Kami hendak melanjutkan perjalanan.
Hai, kalian anak muda. Ini urusan bangsa, jangan asal lari.
Hukum bukan wewenang kami, Pak.
Iya, Pak. Kami pengamat alam. Bukan politik.
Ah, sudah. Dasar bocah ingusan. Tahunya beli DVD bokep. Pergi sana!
Skuter, menyusuri jalan berlubang. Naik, turun, nikmat, seasoi harga minyak dunia. Pijar lampu, kuning, seperti seringai pejabat listrik negeri. Udara bersih sekali. Dihirup bebas, dalam, menyehatkan.
Skuter, rasa kita berpadu
BalasHapusSkuter jaman sekarang terlalu berdisain futuristis, tak ada lagi yang seapik Kongo............ Ah peduli setan, aku toh tak bisa mengemudikannya.
Kongo?
BalasHapusAku jadi ingat pasukan penjaga perdamaian Rindunesia.
Pergi ke Kongo, dan aku ga pernah dapat laporannya.
Sekarang diulang lagi, di saat kondisi negeri gontai.
Apa ga lebih baik kirim mereka ke Lapindo? ke tempat2 pelosokkk?
BalasHapusLapindo? Langganane pinginne mindo? Ah, itu cuma kutipan.
Dasar. Aku ga dong!
BalasHapusMending aku adopsi tuh perilaku pejabat!
Aku jadi orang munafik. Secara aku memang munafik.
"Ya Tuhan, berilah aku petunjuk."
"Ya, ya. Kuberikan kau petunjuk. Ikutilah jejak bocah bau kencur, atau penulis rambut gimbal itu. Pilihan ada di tanganmu."
BalasHapushussh ... syirik kamu lo.
BalasHapusjangan lupa bertobat. Hayukk ....
Berdoa mulai. Amin
BalasHapusHeheeee...... Doa pun kilat ekspress, diiringi tetesan air mata separoh hati. Dan aku segera beroleh stigma relijius.
Jangan lupa, korek apinya. Udud sikkkk ..... Bul kebul.
BalasHapusDijamin Tuan terbatuk-batuk dan jatuhlah berkah dari langit.
BalasHapusHeheeeeee.... Ngudud Dji Dat Moe??? Sahamnya telah dikuasai asing!!!
Kenapa kamu peduli?
BalasHapusLogika salahkah, untuk zaman kekinian?
BalasHapusAh, logis dan non-logis, keduanya sinergis, bukan?
sip
BalasHapussetuju
BalasHapusAh, tumben.
Lah, emang aku kau anggap Dewa mabuk yang selalu teriak kaya kerbau?
BalasHapusAku kadang juga bisa berubah jadi serigala. Meng-iyeskan pendapat orang. Mati dalam pendirian orang. Jadi orang lain.
Mbuh, aku ra dong.
Penting geboy hahaha
BalasHapusMaaf, aku sedang berkontemplasi, seperti para penulis itu.
Ada asap, ada hantu gentayangan, ada suara burung hantu.
BalasHapusAku rasa, kamu nanti akan bertemu dengan seorang puteri cantik, bergaun pink, dan berlipstik Replon.
Cut, cut ... dia lupa pakai CD. Cermin Diri. hihi
BalasHapusAh, aku tak suka wanita yang tak berkancut.... Angin mudah menerpa, dia pasti rentan masuk angin dan angin duduk.
Akulah Dewi Koin!
BalasHapusAkan mencabik punggung dan pahamu.
Balsem di tangan kiriku, mata melotot tajam mencari angin yang bersarang di tubuhmu.
Ciatttttt
Akulah Dewi Koin!
BalasHapusAkan mencabik punggung dan pahamu.
Balsem di tangan kiriku, mata melotot tajam mencari angin yang bersarang di tubuhmu.
Ciatttttt