Seting Resleting Bunting
Hari indah tanpa mendung. Awan berarak ceria meluruskan cahaya mentari. Angin berembus lembut tanpa penekan kulit. Air jernih berkecipak ulam dalam putaran. Dedaunan membungkuk, mengalirkan embun fajar lalu. Menetes membentuk lingkaran membesar di kolam jiwa. Merebahkan tubuh, melemaskan urat, menikmati siang tak biasa.
Tua renta menaungi lebat pohon asam. Menatap lurus atas, mencermati lekukan buah, beralih dari bunganya. Dia mencari-cari adakah seekor burung, bersenda gurau dengan cengkeraman kepada sang ranting. Berayun-ayun, menceracaukan siulan pencacah jiwa, menawarkan sekelumit kisah cinta mereka. Bergeser menyamping, si tua menatap rerumputan hijau. Menghilang di salah satu sudut, hanya tanah merah. Mata tak berkedip, menerawang hari, mengira-ngira jalan ditempuh. Menyiapkan diri menuju keabadian.
Tua renta menaungi lebat pohon asam. Menatap lurus atas, mencermati lekukan buah, beralih dari bunganya. Dia mencari-cari adakah seekor burung, bersenda gurau dengan cengkeraman kepada sang ranting. Berayun-ayun, menceracaukan siulan pencacah jiwa, menawarkan sekelumit kisah cinta mereka. Bergeser menyamping, si tua menatap rerumputan hijau. Menghilang di salah satu sudut, hanya tanah merah. Mata tak berkedip, menerawang hari, mengira-ngira jalan ditempuh. Menyiapkan diri menuju keabadian.
Ah, untunglah retsletingku tetap terkancing dengan jumawa.
BalasHapusLet's sing
BalasHapus"Burung camar ....."
Ah, mengapa tak memelihara burung perkutut saja? Siulnya aduhai.
BalasHapusNanti ada posting tentang burung. Sabar
BalasHapus