Sarjana saja takut berpolitik, apalagi rakyat miskin? (Mengembalikan Politik Loncat Indah)
Coba kita tengok berapa sarjana lulusan ilmu politik yang beralih jalur. Mereka lebih nyaman dan aman bermain di dunia selain politik yang ditekuninya di bangku kuliah. Politikus identik dengan keculasan, bermain-main di alam keruh, dan tak jarang mendidik manusia menjadi buta. Satu kenyataan yang tak diketahui oleh umum, dan seakan dibiarkan begitu saja, sebetulnya profesi politikus menghasilkan uang banyak. Jutaan, milyaran, bahkan triliyunan. Namun dikarenakan penguasa membuat ketakutan, untuk mengamankan posisinya, hasilnya politik negeri ini macet total. Masyarakat takut, penguasa mendukung ketakutan itu, dan inilah bangsa kita: MATI KONYOL!
Jika seorang sarjana takut mendengungkan aspirasi politiknya, lalu rakyat kecil akan paranoia.
“Jangan bicarakan hal-hal berbau pemerintah. Itu tidak realistis. Hidup sudah susah, kau menambah sengsara hidupmu!”
Begitu ujar temanku. Memang aku salah menempatkan pembicaraan di saat dia membutuhkan suasana segar setelah seminggu berkutat dengan pekerjaan. Aku meminta maaf. Tapi, bukankah itu hal yang biasa juga untuk didiskusikan? Atau, jangan-jangan sarjana negeri ini sudah muak dengan politik? Dia, aku, dan sarjana-sarjana lain.
Sungguh tidak beralasan jika kita menghindari dunia politik. Politik itu indah jika kita mampu menempatkannya ke tempat semestinya. Politik adalah jalan sebuah bangsa untuk membangun bangsa. Bangsa ini bisa berkembang jika kehidupan politiknya tak tersumbat. Penguasa memberikan pendidikan politik yang baik, dan warganya mengekspresikannya dengan santun.
Tapi kenyataannya, politik dikuasai segelintir orang yang gila kekuasaan. Politikus buta yang haus uang. Pejabat-pejabat korup yang didukung sistem departemennya yang tak dinamis. Dan, militer yang selalu mengintip tindak-tanduk masyarakat sipil. Politik negeri ini di ambang kematian.
Sarjana dibentuk untuk mengabdi perusahaan dan mengeruk uang.
Dosen memberikan mata kuliah fotokopian warisan nenek moyang.
Senat mahasiswa digelontori bantuan langsung akademik.
Semua takut politik. Karena politik negeri ini telah membusuk dan tak ada cairan yang mampu mengembalikan kehidupannya.
Politik menjadi barang yang hanya bisa dipelajari oleh penguasa. Penguasa binal yang bodoh, arogan, dan tiran.
Post a Comment