Header Ads

Seri Instansi Terkorup Rindunesia: Departemen Perjalanan Jebot

Keputusan penguasa memang tak bisa melingkupi semua lapisan masyarakat. Tak akan pernah memuaskan semua pihak, dan ada sebagian yang dirugikan. Tapi, mengapa yang dirugikan kali ini PEJALAN KAKI.

            Departemen Perhubungan, Komunikasi dan kroni-kroninya menjadi biang keladi kerusuhan.

            Ruas jalan untuk pejalan kaki hilang karena gundukan tanah sisa perbaikan jaringan telekomunikasi.        

            Ruas jalan habis dipakai para penjual kaki lima.

            Parkir kendaraan memenuhi jalan, hingga pejalan kaki terpaksa berjalan di badan jalan. Terserempet risikonya.

            Penjual tanaman dibiarkan menjajakan dagangannya dan memakan jalur pejalan kaki.

            Orang buta pun tak punya cukup ruang untuk sekadar menikmati jalan. Tertutup haknya untuk berjalan dengan aman.

            Di sebuah negeri bernama Rindunesia, segala sesuatu harus dilakukan serampangan dan saling menindih. Orang intelek pun akan berubah menjadi beringas saat mengejar waktu rapat di Batavia. Tak ada jaminan tepat waktu jika menuruti antrian panjang kemacetan lalu lintas.

            Aku memimpikan Rindunesia yang lebih realistis, yang menghargai pejalan kaki sebagai warga termiskin dan lebih menghargai kaki sebagai anggota tubuh. Kuteriakkan kepada para pemalas yang lebih mencintai mesin agar lebih bersahabat bagi kami; Pejalan Kaki. Kami hanya butuh sedikit ruang untuk menikmati hari-hari kami. Jangan kalian renggut sedikit cinta itu dari kami. Sesungguhnya, Tuhan menciptakan bumi ini untuk kita nikmati bersama. Dengan kesediaan untuk saling berbagi.

            Kumohon untuk para penguasa negeri, ciptakan keadaan yang setidaknya menguntungkan kaum rendah yang bersedia merelakan egoisitasnya meluap. Menikmati hidup ini dengan apa adanya.

           

Tidak ada komentar