Aku telah menjadi manusia sosial? Bayang-bayang teknik masih menggelayutiku.
Doaku semoga ini bukan sebuah kesombongan. Tak pernah dalam batinku berniat bahwa hal sosial lebih penting daripada materi. Selayaknya orang awam pasti memilih materi dan sosial seimbang. Namun aku sekarang merasa sudah saatnya ingin berbagi dengan orang lain. Menawarkan pemikiranku dan mendengar pendapat mereka dengan mimpi-mimpi baruku. Menata hidup bersama dan dimulai dari diriku sendiri. Menahan egositas dan mengasah kepekaan jiwa. Aku masih belum tahu apakah pilihanku kali ini benar adanya. Masih perlu waktu panjang untuk melihat hasilnya.
Mimpi yang masih tersisa hanyalah keinginan untuk melancong ke luar negeri. Mengenal budaya orang lain. Bukannya aku ingin meninggalkan tanggung jawab untuk mengenal karakter sendiri. Bukan, bukan maksudku begitu. Tapi aku ingin berjalan ... menyusuri jalanan milik orang lain. Tak jelas memang tujuanku. Berjalan itu seperti apa.
Sudahlah, mimpi sedikit lebih baik daripada mimpi banyak. Cuma satu keinginanku, bersekolah ke luar negeri. Tapi apakah mungkin di kala rutinitas pekerjaanku yang super padat dan menekan. Aku merindukan bayangan-bayangan indah saat kumelanglah ke seluruh penjuru negeri. Dan kadang kuajak ayah bunda, adik-adikku bersamaku. Makan bersama di jalanan negeri orang. Aku sangat merindukan masa-masa kecilku kala orangtuaku mengajakku bertamasya. Impian itu kini lenyap dan masih menggantung di langit. Aku berusaha meraihnya. Melonjak-lonjak, sempoyongan berusahan mendongakkan kepala. Aku terus melonjak.
Impian ....
Post a Comment