Sayap Kiri Vs. Sayap Kanan (Anekdot Tanpa Batas)

Sayap kiri adalah para elit apartheid.

Sayap kanan adalah budak belian yang berhak untuk dicurangi, digosipkan,

dicela, dan dihina.

Merpati tak pernah memperbandingkan sayap kiri ataupun kanannya

Tapi mengapa beberapa orang menolak gambaran merpati?

Atau mereka lebih memilih dan menikmati penampilan keledai?

Jika iya, berarti memang mereka adalah KELEDAI.

 

 

Sirkus itu bernama penyayapan. Pengategorian menurut tingkat kepandaian. Menurut satu sisi pemikiran saja. Terkotak dalam sebuah keculasan. Tak sadar atau memang tak peka, semua itu menjadi sebuah bom yang memang telah meledak. Meluluh lantakkan jalinan yang lama dirakit. Sadar atau tak sadar, pola pikir itu telah menyungsum, jauh menembus dan meresap ke dalam alam bawah sadar. 

            Entah apa yang membuat seseorang mengelompokkan dan mengultuskan diri sendiri. Mereka berdalih, ini adalah sebuah solidaritas tim yang kuat. Namun secara tak sadar mereka telah membuat jurang dalam. Dan, yang berhak masuk bukan kelompok lawan yang mereka intai, baik dari segi intelektualitas dan penampilan, tapi justru “solidaritas buta” tersebut yang telah membuat lubang kematian bagi mereka sendiri. Orang yang mereka sasar tidak akan rugi barang secuil pun, tak akan mati oleh omongan dan celotehan, malah dosa-dosa mereka akan terkurangi secara gratis. Tak sadar bahwa kekompakan kelompok solid buta itu membuat hati mereka bebal dan tak mungkin berkembang.

            Taruhlah pada waktu tertentu mereka di atas angin, tapi hukum alam telah tersurat di “batu kehidupan” bahwa tak selamanya solidaritas membuahkan hasil maksimal. Alih-alih kelompok selamanya, mereka justru akan tergores dari dalam dan terjadi pertengkaran sengit hingga satu per satu mengundurkan diri. Tinggal menunggu kematian bagi sayap-sayap yang diciptakan oleh orang culas berkedok intelektualitas. Semua pasti mati!

            Ini tak ubahnya sebuah politik apartheid! Selamat menikmati perbudakan yang telah kalian buat.