Header Ads

Nasionalisme Luntur

Aneh sekali. Aku tak tahu harus kusebut apakah kelakuanku ini. Penurunan status kebangsaan, tumbuhnya benih pembelotan, nasionalisme yang rendah, atau sebuah kebimbangan identitas? Semua itu pantas disandangkan kepadaku saat ini, seorang insan yang bingung siapakah dirinya.

Hati ini mulai janggal dengan ide ingin menjadi warga negara di negeri lain. Ini pun ditasbihkan dengan kegemaran baruku mengoleksi barang-barang bekas dari luar negeri. Baju dalam hal ini. Awalnya aku merasa risih dengan kelakuan adikku yang menyusuri lorong-lorong penjaja baju bekas di Betawi, tapi aku sendiri sekarang semacam mendapat karma dengan pikiranku dulu. Aku terjangkit penyakit mencintai produk bekas luar negeri.

Sebenarnya tak apa-apa jika hal itu hanya sepintas lalu, tapi aku semakin lama semakin memosisikan diriku sebagai calon penduduk negeri lain. Ah, benarkah semua pemikiranku ini? Aku telah membeli beberapa helai baju dan celana, semua bekas mancanegara. Kucuci, kuberi wewangian, dan kusetrika rapih. Walaupun warnanya telah memudar disana-sini, tapi aku merasa aku adalah bagian daripadanya. Aku menyiapkannya barangkali waktu berpihak kepadaku hingga mengirimku ke negeri impian. Aku bersumpah, betapa aku tak suka dengan kata ini, baju-baju dan celana-celana itu tidak akan pernah aku pakai sebelum aku menginjakkan kakiku di bumi lain. Aku berencana memasukkan benda keramat itu ke dalam plastik, kumasukkan pula kamper agar tidak dimakan ngengat, kukunci dengan selotip, sampai aku membukanya di kamar kos di negeri Kanguru atau negeri Mode.

Bermimpi ... ah bermimpi ... asal tak kelewatan saja masih bisa diterima.

Tidak ada komentar