Header Ads

Flight of Bumblebee (Bagian 2)

Pemimpin lebah memerintahkan pasukannya memperlambat terbang.
'Siap siap. Kita sudah dekat istana.'
'Siap Komandan!' seru seluruh pasukan.
'Yang harus kita lakukan. Berdoa. Itu yang paling utama.' pemimpin lebah memindai pasukan. 'Mari kita bersama sama memohon kepada Tuhan, atas nama Ratu Lebah, atas nama Nabi Sulaeman junjungan kita, agar misi kita berhasil.'
Seluruh pasukan khusyuk. Suasana khidmat.
'Karena agama kita sama. Tak perlulah kita berlama lama. Ucapkan doa sendiri sendiri. Tidak menurut ucapanku. Di dalam hati saja. Mulai.'

Angin bergerak pelan. Seakan menyetujui misi untuk memberi pelajaran bagi raja lalim. Semut semut di tanah, mendongak. Memberi sapa dengan anggukan yang bersahabat. Dua burung di dahan berkicau, memberi ucapan selamat bagi seluruh tim lebah. Wajah mereka tampak tengah memendam harapan. Tapi mengapa mereka, semut dan burung, tak bertindak jika melihat sang raja tak semestinya berlaku? Ah, itu hak mereka. Sibuk bekerja, mengurus anak anak, atau apa saja, tak perlulah dipikir oleh sepasukan lebah. Yang kini sudah bersiap melakukan gebrakan.

'Di depan kita ada sungai. Kabarnya, ada buaya buaya. Pemakan apa saja.' ucap pemimpin lebah.
Beberapa wajah pasukan lebah memasi.
'Tapi tenang. Kita harus mencari akal.' lanjut sang pemimpin yang memakai tombak berkepala trisula, disamping sengatnya yang terkenal ampuh membinasakan lawan.
'Komandan. Bagaimana kita bisa melampaui buaya itu?' tanya satu lebah.
'Ini sedang aku pikirkan.' sang pemimpin berpikir keras. 'Ada masukan dari kalian?'
Riuh pasukan itu menjadi. Saling berkomentar, tapi tak ada keberanian satu persatu untuk unjuk tangan.
'Nah, ini yang harus diperbaiki dari kalian. Jangan menggumam. Tunjukkan pendapat kalian. Itu penting. Satu masukan, akan menentukan keberhasilan kita. Ungkapkan ide kalian.'

***








Tidak ada komentar