Header Ads

Deterjen, Amankah bagi Lingkungan Hidup?

Saat ini deterjen bisa jadi telah digolongkan menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian keluarga di Indonesia. Selain berharga murah, deterjen dianggap mampu dan efektif menghilangkan noda pada pakaian kotor. Berbagai iklan di televisi semakin memantapkan kegunaannya di dalam rumah tangga. Para produsen deterjen dengan gencar mengiklankan produknya, diantaranya mengusung banyaknya busa yang dihasilkan dan aneka keunggulan lain yang ditawarkan. Namun tahukah kita bahwa menggunakan deterjen tanpa perhitungan yang matang akan berakibat buruk terhadap lingkungan di sekitar kita? 
   Sebelum deterjen ditemukan, manusia menggunakan sabun untuk kegiatan mencuci pakaian, mandi, atau mencuci perabotan rumah tangga. Sabun yang pertama kali ditemukan oleh bangsa Arab pada abad kesembilan belas, merupakan hasil proses pencampuran (satonifikasi) antara soda kaustik dengan minyak nabati atau hewani. Akan tetapi karena tingkat kepraktisan sabun yang kurang efesien, manusia memanfaatkan teknologi untuk menciptakan deterjen untuk mempermudah kegiatannya. 
    Deterjen adalah hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal deterjen mulai diperkenalkan ke publik sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa. Awalnya inovasi mutakhir ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS diketahui mempunyai efek destruktif terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan.
    Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan ABS dan memperkenalkan senyawa kimia baru Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Alam membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai. 
    Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri.
    Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, selayaknya diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan masyarakat pemakai deterjen. Sebuah badan pengawas penggunaan deterjen yang bersifat independen dibutuhkan dalam memecahkan kasus ini. Ia nantinya akan diberi tugas memberikan masukan dan data akurat mengenai seberapa besar pengaruh deterjen bagi kelangsungan lingkungan. Selanjutnya dari laporan tersebut, pemerintah akan menindaklanjutinya dengan membuat sebuah kebijakan yang berpihak dan ramah terhadap lingkungan. Langkah yang paling baik untuk segera dilakukan adalah dengan membangun instalasi pengolahan limbah rumah tangga di setiap RT.    Sebelum limbah deterjen dialirkan, ia harus diolah lebih lanjut sehingga dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Dengan pengelolaan limbah yang optimal diharapkan kondisi lingkungan akan lebih baik sehingga mendukung kehidupan manusia.  
  
  






   



10 komentar:


  1. Pasti ini posting klasik saat belum menemukan karakter yang pas ya? Ah kamu Fa nuduh saja.

    BalasHapus
  2. Ndak, saya pakai teleskop. Lebih intelek hihihi

    BalasHapus

  3. Bah. Memancing konflik dengan Paguyuban Paranormal Se-Indonesia...

    BalasHapus
  4. pasti paku, tempayan, panci, wajan, masuk ke perut masing2.

    BalasHapus

  5. Klasik. Sekarang obligasi, saham, giro, cek yang dimasukin.

    BalasHapus
  6. o gitu.
    Gimana caranya? ajari dong Uda.

    BalasHapus

  7. Emoh. Kau ngenyek paguyuban kami sih.

    BalasHapus