IT'S TRULY a POWER of DIFABEL!

Kita bisa membayangkan; satu tim, enam anak tuli, tanpa bisa mendengar entakan musik yang mengiringi gerak tarian mereka, apa yang akan terjadi?

a. Saling bertubrukan
b. Kikuk dan saling tak percaya antar mereka
c. Solid dalam tampilan yang rapih

Jawabannya C! Baiklah, mereka tidak mampu mendengar. Namun energi pembuktian mereka tak pernah surut bahkan melebihi yang dipunyai orang yang mampu mendengar. Ada tiga hal yang bisa ditelaah berkaitan kasus mengapa tim tuli mampu bergerak sangat kompak yaitu potensi dalam diri mereka, para relawan, dan lingkungan.

***

Beberapa orang memberi istilah disabilitas atau ketidakmampuan bagi para tuli. Ada yang menghaluskannya dengan tuna rungu yang berkesan meremehkan kemampuan. Jika kita berinteraksi dengan orang tuli, mengambil sampel Komunitas Tuli DAC, mereka jauh lebih tangguh dibandingkan apa yang kita pikirankan. Mereka percaya diri menyebut diri sebagai tuli atau budheg dalam istilah Jawa. Dari sini sudah terlihat jika para tuli Jogja sangat spesial.

Difabel yang berarti berkebutuhan khusus ialah kata tepat untuk mewakili para tuli. Berlian ada dalam diri mereka yang butuh pengasahan. Penjelasan kasarnya seperti ini:

Manusia punya lima indera, atau enam jika ia memiliki kepekaan supranatural. Seorang tuli terkurangi fungsi indera pendengarannya sehingga hanya punya empat. Jadi, jika normal masing masing indera 20% berubah 25%. Mata menjadi lebih fokus menangkap visual, lidah juga merasakan dengan lebih bagus, dan lain lain. Inilah mengapa para tuli biasanya kampiun dalam seni lukis, seni teater, tata boga, atau menjahit.

Fokus menjadi penekanan pada orang tuli. Mereka cepat menangkap sesuatu lewat penglihatannya, menelaah dalam otaknya, dan menerjemahkannya dalam sebuah tindakan aktual yang luar biasa. Selain itu, respek atau daya menghargai terhadap orang lain juga di atas rata rata. Sekecil apapun yang kita berikan pada mereka; pelatihan, perhatian, interaksi, motivasi, sangat mereka nilai positip dan dikembalikan pada kita dengan sama takarannya bahkan lebih. Tanpa membandingkan, kita sebagai orang mampu mendengar, harus mengakui kalah.

***

Relawan mampu menggosok kemahiran para tuli menjadi semakin mengilap. Patut diingat jika tuli adalah haus akan hal hal baru yang menarik simpatinya. Berikanlah dengan sepenuh hati, para tuli akan dengan konsentrasi penuh memelajarinya.

Lalu bagaimana dengan lingkungan tempat tumbuh para tuli? Dukungan orang tua sudah pasti menjadi pemicu melesatnya kepercayaan diri anak tulinya. Motivasi dari orang orang di sekeliling para tuli lewat perhatian dan bukan tindakan diskriminatif pula menciptakan situasi kondusif untuk para tuli berkarya lebih hebat lagi.