Para Penyalah Hujan
Aku tak pernah menyalahkan apa yang dirimu lakukan saat ini, Hujan. Tak misuh aku karena janji berkencan nanti malam terancam batal olehmu. Karena aku berpikir, pernah suatu masa, aku dan kekasihku berteduh di warung makan saat kau hadir. Dan itu menurutku sangat romantis. Hujan, bagi sebagian orang kau dikata garang, tidak untukku. Kau lembut.
Hujan, kukatakan sejujurnya padamu, aku memohon maaf atas tindak teman temanku yang tak adil padamu. Mereka menggerutu karena dirimu terlampau deras menimpa Bumi, membuat hanyut rumah orang orang tua mereka, dan ini itu. Anggaplah mereka belum tahu dirimu, Hujan.
Jika ada waktu sela, ayolah kuajak dirimu bertemu dengan karibku itu, Hujan. Kita duduk bersama di ruang terbuka, tertutup pun tak menjadi soal. Dengarkanlah sejenak keluh kawan kawan kami dan jelaskanlah menurut versimu karena dirimu hanya melaksanakan perintah sang Kuasa. Kuyakin, mereka dan juga aku, memaklumi tugasmu.
Hujan, kukatakan sejujurnya padamu, aku memohon maaf atas tindak teman temanku yang tak adil padamu. Mereka menggerutu karena dirimu terlampau deras menimpa Bumi, membuat hanyut rumah orang orang tua mereka, dan ini itu. Anggaplah mereka belum tahu dirimu, Hujan.
Jika ada waktu sela, ayolah kuajak dirimu bertemu dengan karibku itu, Hujan. Kita duduk bersama di ruang terbuka, tertutup pun tak menjadi soal. Dengarkanlah sejenak keluh kawan kawan kami dan jelaskanlah menurut versimu karena dirimu hanya melaksanakan perintah sang Kuasa. Kuyakin, mereka dan juga aku, memaklumi tugasmu.
_______________________________
Sumber gambar: laughing-listening-learning.blogspot.com
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie.blogspot.com
Post a Comment