Semut Semut Pengidap Diabetes Mellitus
Kamarku yang rapih dan menawan mendadak seperti neraka. Ada kejanggalan menyeruak yang membuatku antara kaget dan mengulum senyum. Inikah dunia yang semakin tua atau aku tak peka oleh kejadian unik di petak kamarku seluas sembilan meter persegi?
Meja belajarku sekaligus tempat untuk makan. Laptopku bercampur dengan piring kotor setelah makan malamku yang
luar biasa banyak. Pandanganku terus terusan ke laptop selama ini;
pekerjaan, karya tulisanku yang kuanggap hebat menyaingi Shakespeare,
gim permainan a la kadar karena jujur aku tak menyukainya, juga foto
foto hewan yang meneduhkan. Sekarang apa yang kutemui?
"Sekumpulan semut berenang dalam gelasku yang berisi air putih! Mereka mengambang dan mati!" seruku.
Padahal, kalian tahu, ada sekaleng gula juga di mejaku yang tak tertutup rapat. Menarik bukan? Apa yang menyebabkan semut semut lebih suka masuk ke gelas air putih sedangkan kita mengenal mereka sebagai penyuka apapun yang manis.
Kunyalakan kembali laptopku dari hibernasi. Dengungannya keras bak seekor lebah yang marah karena telah aus dimakan usia. Sudah lima tahun laptopku tak kuganti. Saking bermaknanya alat ini mengiringi jatuh bangunnya diriku, aku tak rela untuk berpisah dengannya.
Google: Perilaku + Semut + Makna.
Tiga kata pancingan kutuliskan untuk internet mengarahkanku lebih tahu tentang semut. Dan, aku membaca beberapa artikel tentang kehidupan semut. Mereka butuh gula untuk stamina saat bekerja mencari, menyunggi daun daun kering buat bekal di musim dingin, dan kembali melapor ke Ratu mereka.
Kupandangi semut semut di gelas air putihku. Aku lantas berpikir, mungkinkah para semut sudah terkena penyakit kencing manis yang mengancam jiwa mereka? Dan sekarang mereka insyaf di sisa waktu mereka? Dan memilih bunuh diri menceburkan ke dalam gelas air putih yang mereka sangka samudera?
Kubangkit mengangkat gelas itu, kutiupkan angin pada para semut yang tak bernyawa, dan berkata:
'Ini kukasih udara. Bukan untuk membuat kalian hidup lagi, karena aku bukan Nabi Isa. Yesus kalau teman Nasrani menyebut. Kuberi udara sebagai bekal kalian menuju akherat.'
"Sekumpulan semut berenang dalam gelasku yang berisi air putih! Mereka mengambang dan mati!" seruku.
Padahal, kalian tahu, ada sekaleng gula juga di mejaku yang tak tertutup rapat. Menarik bukan? Apa yang menyebabkan semut semut lebih suka masuk ke gelas air putih sedangkan kita mengenal mereka sebagai penyuka apapun yang manis.
Kunyalakan kembali laptopku dari hibernasi. Dengungannya keras bak seekor lebah yang marah karena telah aus dimakan usia. Sudah lima tahun laptopku tak kuganti. Saking bermaknanya alat ini mengiringi jatuh bangunnya diriku, aku tak rela untuk berpisah dengannya.
Google: Perilaku + Semut + Makna.
Tiga kata pancingan kutuliskan untuk internet mengarahkanku lebih tahu tentang semut. Dan, aku membaca beberapa artikel tentang kehidupan semut. Mereka butuh gula untuk stamina saat bekerja mencari, menyunggi daun daun kering buat bekal di musim dingin, dan kembali melapor ke Ratu mereka.
Kupandangi semut semut di gelas air putihku. Aku lantas berpikir, mungkinkah para semut sudah terkena penyakit kencing manis yang mengancam jiwa mereka? Dan sekarang mereka insyaf di sisa waktu mereka? Dan memilih bunuh diri menceburkan ke dalam gelas air putih yang mereka sangka samudera?
Kubangkit mengangkat gelas itu, kutiupkan angin pada para semut yang tak bernyawa, dan berkata:
'Ini kukasih udara. Bukan untuk membuat kalian hidup lagi, karena aku bukan Nabi Isa. Yesus kalau teman Nasrani menyebut. Kuberi udara sebagai bekal kalian menuju akherat.'
_____
Sumber gambar: etsy.com
Post a Comment