Mengapa Arab Membenci Bangsaku?
Semakin kupaham jika Islam bukan Arab. Dan memang Arab tidak mencerminkan Islam. Jazirah Arab adalah tempat Tuhan menunjukkan betapa titik ekstrim. Di situlah banyak nabi dan rasul ditugaskan. Meski kuyakin, di seluruh penjuru bumi, nabi tak terdeteksi juga ada. Bahkan kerajaan semut pun bernabi. Itu yang kumengerti.
Aku muslim. Dan aku tak ingin bertanya terlalu jauh tentang detail keyakinanku, yang kudapat dari moyangku. Menurut garis darahku. Namun sejalan waktu, aku berpikir untuk bertanya tentang keIslaman pada diriku. Pada hatiku. Apakah sekadar sematan yang kelak mendorongku bergerak menuju pencerahan?
Dan aku akan tetap Islam. Semampu diriku memegang kukuh apa yang kuserap dari ujaran pengajarku di langgar, masjid, madrasah, dan sekolah umumku. Semoga seluruh guru yang telah berbudi mulia padaku kelak memasuki surga Tuhan. Allah ku yang mencipta aneka manusia dan makhluk, tanpa setelahnya memilih kasih hanya teruntuk satu golongan. Ia berdiri mengayomi semua. Tentu dengan penilaian yang adil.
Izinkan diriku bertanya padamu tentang satu hal. Saat ini. Tanpa kau mengadu benar tidaknya pendapatku ke FPI, Ustaz Ba’asyir, atau Ulil Abshar. Biarlah kau menilai dengan jernih pikirmu. Dan sudilah berkomentar padaku dengan jujur. Aku tak akan marah.
Mengapa Arab membenci bangsaku?
Jika aku meradang berteriak kenapa juragan juragan di Arab suka menyiksa, apa posisiku? Tak punya taji diriku. Toh jauh jarak negeriku dan mereka. Corong corong azan tak mampu melaporkan kutukanku pada mereka. Lalu jika aku menangisi putusnya kepala kepala wanita negeriku oleh algojo Arab, apakah aku berani dan tega mengubur mereka beserta umpat pada Arab? Aku tak mengerti. Tolong bantu aku bersikap, berbuat.
Pemerintah, aku tak ingin mengusik. Juga terus butuhnya wanita negeriku membabu ke Arab, aku juga tak tahu. Pada posisi ini nuraniku tewas.
Hingga kubersimpul pendapat sendiri, ini hanya masalah budaya. Arab bukan Islam. Islam tidak Arab.
Islam adalah hati nurani. Ia gagah melebihi ksatria Arab dengan pedangnya. Ia tak lemah laksana penerima pancung, dan celakanya anak anak negeriku yang menerima. Islam melampaui batas ruang tempat manusia hidup. Islam adalah ruh yang telah dicontohkan Nabi. Muhammad yang welas asih. Tanpa Arab, tanpa Indonesia, Islam tetap adil. Di manapun, kapanpun, selamanya.
Post a Comment