Para enggembala, Ternak Mereka, dan Gelandang Pesepakbola Muda
Sorak sorai di lapangan hijau. Di antara para gembala, dan ternak yang tengah merumput. Seruling seruling bersahutan, dan angin mengoyak dedaunan di temaram mentari yang tengah gulana. Lalu, tupai tupai tersenyum menikmati harmonisasi di pagi ini.
Satu bocah lelaki ikut bergabung. Berpakaian licin, kostum bola yang menawan. Menendang nendang, menggiring bola dengan lincah yang lumayan. Para gembala memperhatikan, bangkit dari punggung kerbau atau sapi yang tengah dijaga mereka. Ingin turun namun tertahan karena tanggungjawab yang menempel. Di dada mereka, tak bolehlah ada satu ternak lepas. Tak ingin Sang Empunya marah, melepas aneka perabotan dapur ke muka mereka. Berlebihan sepertinya, namun ini nyata di sebuah Peternakan Cendawan di Musim Hujan.
Bola menggelinding. Digoyang goyang dua kaki mungil. Mengarah ke kaki sapi, kerbau. Dan para ternak menyepaknya. Kembali ke kaki si Bocah Mungil pesepakbola. Senang rasanya, antara manusia dan binatang bisa saling berhubungan. Saling menendang. Berkomunikasi antar hati, tanpa ada rasa curiga; tak ada kata 'jangan jangan. Jangan jangan'. Mereka sudah menjadi tim dan harus saling percaya. Antara ternak dan Pesepakbola mungil.
Bagaimana dengan penggembala?
Biarlah mereka masuk pada waktu yang tepat. Tidak usah memaksa mereka untuk mengikuti ritme yang tengah terbentuk. Jika terlalu dibuat buat, bisa jadi menjadi kacau. Porak poranda dan nanti tak menyisakan warisan yang berkesan. Hanya masalah waktu, tanpa harus saling memelototi. Kasihan bola mata kita bukan?
Bunga bunga belum mekar. Bukan musim semi. Nikmati segalanya dengan bijak.
Satu bocah lelaki ikut bergabung. Berpakaian licin, kostum bola yang menawan. Menendang nendang, menggiring bola dengan lincah yang lumayan. Para gembala memperhatikan, bangkit dari punggung kerbau atau sapi yang tengah dijaga mereka. Ingin turun namun tertahan karena tanggungjawab yang menempel. Di dada mereka, tak bolehlah ada satu ternak lepas. Tak ingin Sang Empunya marah, melepas aneka perabotan dapur ke muka mereka. Berlebihan sepertinya, namun ini nyata di sebuah Peternakan Cendawan di Musim Hujan.
Bola menggelinding. Digoyang goyang dua kaki mungil. Mengarah ke kaki sapi, kerbau. Dan para ternak menyepaknya. Kembali ke kaki si Bocah Mungil pesepakbola. Senang rasanya, antara manusia dan binatang bisa saling berhubungan. Saling menendang. Berkomunikasi antar hati, tanpa ada rasa curiga; tak ada kata 'jangan jangan. Jangan jangan'. Mereka sudah menjadi tim dan harus saling percaya. Antara ternak dan Pesepakbola mungil.
Bagaimana dengan penggembala?
Biarlah mereka masuk pada waktu yang tepat. Tidak usah memaksa mereka untuk mengikuti ritme yang tengah terbentuk. Jika terlalu dibuat buat, bisa jadi menjadi kacau. Porak poranda dan nanti tak menyisakan warisan yang berkesan. Hanya masalah waktu, tanpa harus saling memelototi. Kasihan bola mata kita bukan?
Bunga bunga belum mekar. Bukan musim semi. Nikmati segalanya dengan bijak.
Post a Comment