Yogya (Masih) Terus Berhati Nyam Nyam
Yogyaku tercinta. Janganlah kau larut dalam lara. Kami masih mencintaimu dengan apa adanya. Menjalani kehidupan bersamamu. Bersama dengan wargamu yang terus semangat. Meski coba menghantam bertubi. Tak tega rasanya meninggalkan dirimu barang sehari. Hidup kami tertambat di kota kecilmu ini. Ada dan tanpa musibah, kau telah dan selalu menjadi bagian dari jiwa kami.
Yogyaku tercinta. Seribu kenang, berjuta harapan, tetaplah kau menjadi kota yang memberi kesejukan. Bagi Nusantara yang tengah bergulat dengan dirinya. Berikan suntikan dan asupan energi bagi kejayaan Negeri Zamrud Khatulistiwa. Biar redupnya berubah menjadi kilau yang setara dengan tetangga sebelah. Dan tak ada gunjing yang membuat telinga panas. Atau, Yogya, penuhi dan baluri tubuh kami dengan harga dirimu yang menjulang. Sebagai pusat dunia. Berkumpulnya manusia beragam ras tanpa ada pecah dan selalu menyatu dalam napas antara Merapi Keraton dan Pantai Selatan.
Yogyaku tercinta. Kami yakin, dirimu kuat. Dan kami belajar darimu. Bahwa menyatu dengan alam adalah suatu kewajiban. Mematuhi Sultan sebagai Pemimpin pilihan Tuhan. Sembah sinembah tanpa harus mendewakan, juga berlaku adil terhadap teman kuliah kerja atau siapa saja. Kami belajar dari dirimu, Yogya. Cepat bangkit dari keterpurukan, mencari peluang lain, selanjutnya memantapkan karakter untuk berbagi kepada sesama.
Yogyaku tercinta. Kami tetap tersenyum. Bersama dirimu. Tak ada kecut hati kami untuk mundur dari cita yang telah kami terbitkan. Menampilkan cerita kepada temurun. Ya, harmonisasi hidup. Semoga.
Bagi Yogya, teruntuk Yogya, kepada siapa saja yang betah menyimak sepak terjang Kota Perdamaian ini.
Yogyaku tercinta. Seribu kenang, berjuta harapan, tetaplah kau menjadi kota yang memberi kesejukan. Bagi Nusantara yang tengah bergulat dengan dirinya. Berikan suntikan dan asupan energi bagi kejayaan Negeri Zamrud Khatulistiwa. Biar redupnya berubah menjadi kilau yang setara dengan tetangga sebelah. Dan tak ada gunjing yang membuat telinga panas. Atau, Yogya, penuhi dan baluri tubuh kami dengan harga dirimu yang menjulang. Sebagai pusat dunia. Berkumpulnya manusia beragam ras tanpa ada pecah dan selalu menyatu dalam napas antara Merapi Keraton dan Pantai Selatan.
Yogyaku tercinta. Kami yakin, dirimu kuat. Dan kami belajar darimu. Bahwa menyatu dengan alam adalah suatu kewajiban. Mematuhi Sultan sebagai Pemimpin pilihan Tuhan. Sembah sinembah tanpa harus mendewakan, juga berlaku adil terhadap teman kuliah kerja atau siapa saja. Kami belajar dari dirimu, Yogya. Cepat bangkit dari keterpurukan, mencari peluang lain, selanjutnya memantapkan karakter untuk berbagi kepada sesama.
Yogyaku tercinta. Kami tetap tersenyum. Bersama dirimu. Tak ada kecut hati kami untuk mundur dari cita yang telah kami terbitkan. Menampilkan cerita kepada temurun. Ya, harmonisasi hidup. Semoga.
Bagi Yogya, teruntuk Yogya, kepada siapa saja yang betah menyimak sepak terjang Kota Perdamaian ini.
Post a Comment