POLRI dan Dunkin Donuts
Satu pasukan polisi RI mengawal sebuah mobil. Mobil patroli. Sirene mengaum tak henti henti. Warga terkejut, ke luar mencari tahu sumber suara. Tak biasa. Jika rombongan Presiden yang lewat, pasti suara sirene tak pekak seperti yang ini. Jika Gubernur yang ingin bersolek kepada warganya, pasti tanjidorlah yang menjadi perhatian. Atau, Miss Universe yang didatangkan ke ibukota, pasti diselundupkan secara diam diam, karena ada elemen masyarakat yang tak bersimpati kepadanya. Apakah gerangan yang terjadi? Mengapa ini kejadian serasa tak menepati pakem kesepakatan umum?
Mobil patroli memang tak dirias elok. Tak ada bunga bunga. Jika itu dilakukan, Kepala Kepolisian Republik Indonesia serta merta marah kepada anak buahnya. Berkata ini itu, di luar jalur komando, dan lain sebagainya. Atau jika berpikir satu pasukan polisi itu mengirim salah satu terpidana kelas kakap, pemakan manusia paling berbahaya di nusantara, agaknya terlalu berlebihan. Karena, Indonesia bukanlah negeri yang sedemikian parah. Aman aman saja. Tak ada huru hara, tapi memang sedikit ada letupan terorisme, separatisme, atau vandalisme. Polri masih bisa mengatasi. Memberangus.
Mobil patroli menyunggi sebuah donat. Ya, donat raksasa bertabur kismis warna warni. Dunkin Donuts punya acara. Promosi besar besaran, yang harus dikawal oleh penjaga keamanan, yakni polisi. Layaknya pengamanan kedatangan Tamu Penting Negara, ia dikawal ketat agar tak ada penembak brutal yang mengganggu acara. Dunkin Donuts harus diputarkan ke seluruh penjuru kota. Dipamerkan.
Pasukan polisi pengiring yang mengendara motor motor besar tampak sumringah. Lencana, helm, sepatu mengilat seakan diseronokkan kepada warga. Dan tak lupa, mereka beraksi menyuguhkan badan bulat nan membuncit. Tak apalah, sebuah tanda kemakmuran.
Inilah pesta donut dan polisi. Yang seakan menjadi hiburan lain. Setelah letih mengejar para pengacau stabilitas negeri yang serasa tak pernah habis.
Selamat kepada Kapolri Baru: Timur Pradopo. Untukmu sebuah dunkin donuts raksasa. Mohon disantap. Karena tak ada bom, atau racun arsenik di dalamnya.
Mobil patroli memang tak dirias elok. Tak ada bunga bunga. Jika itu dilakukan, Kepala Kepolisian Republik Indonesia serta merta marah kepada anak buahnya. Berkata ini itu, di luar jalur komando, dan lain sebagainya. Atau jika berpikir satu pasukan polisi itu mengirim salah satu terpidana kelas kakap, pemakan manusia paling berbahaya di nusantara, agaknya terlalu berlebihan. Karena, Indonesia bukanlah negeri yang sedemikian parah. Aman aman saja. Tak ada huru hara, tapi memang sedikit ada letupan terorisme, separatisme, atau vandalisme. Polri masih bisa mengatasi. Memberangus.
Mobil patroli menyunggi sebuah donat. Ya, donat raksasa bertabur kismis warna warni. Dunkin Donuts punya acara. Promosi besar besaran, yang harus dikawal oleh penjaga keamanan, yakni polisi. Layaknya pengamanan kedatangan Tamu Penting Negara, ia dikawal ketat agar tak ada penembak brutal yang mengganggu acara. Dunkin Donuts harus diputarkan ke seluruh penjuru kota. Dipamerkan.
Pasukan polisi pengiring yang mengendara motor motor besar tampak sumringah. Lencana, helm, sepatu mengilat seakan diseronokkan kepada warga. Dan tak lupa, mereka beraksi menyuguhkan badan bulat nan membuncit. Tak apalah, sebuah tanda kemakmuran.
Inilah pesta donut dan polisi. Yang seakan menjadi hiburan lain. Setelah letih mengejar para pengacau stabilitas negeri yang serasa tak pernah habis.
Selamat kepada Kapolri Baru: Timur Pradopo. Untukmu sebuah dunkin donuts raksasa. Mohon disantap. Karena tak ada bom, atau racun arsenik di dalamnya.
Post a Comment