Anak Pantai
Terlalu lama tak bermain papan seluncur. Kaki ini berat. Ingin melangkah ke pantai, ada yang mengikuti di belakang saya. Sepertinya anjing kudis yang menguntit. Ia berjalan terbalik, buntutnya menempel pantat saya. Seolah ia ingin menularkan virus rabies kepada saya. Saya menolaknya dengan mengumpat dirinya.
ANJING. Pergi sana!
Pantai tak menjamur. Hanya beberapa orang hampir bugil. Matahari tak tersenyum penuh. Mungkin, sebentar lagi hujan turun. Deras, dan badai akan merambat ke pantai. Menelan perkampungan kumuh, para nelayan pengumpul ikan teri yang diasinkan. Kecil, bukan hiu atau paus. Saya makin malas untuk bergumul dengan ombak. Hari ini begitu tidak menggairahkan.
OMBAK sialan. Tak besar, kecil.
Papan selancar saya buang. Saya meludah dalam separuh moncong.
BESOK saja saya menjajal kemampuan. BERSELANCAR. Menikmati pantai yang mulai digerus tangan tangan nakal.
ANJING. Pergi sana!
Pantai tak menjamur. Hanya beberapa orang hampir bugil. Matahari tak tersenyum penuh. Mungkin, sebentar lagi hujan turun. Deras, dan badai akan merambat ke pantai. Menelan perkampungan kumuh, para nelayan pengumpul ikan teri yang diasinkan. Kecil, bukan hiu atau paus. Saya makin malas untuk bergumul dengan ombak. Hari ini begitu tidak menggairahkan.
OMBAK sialan. Tak besar, kecil.
Papan selancar saya buang. Saya meludah dalam separuh moncong.
BESOK saja saya menjajal kemampuan. BERSELANCAR. Menikmati pantai yang mulai digerus tangan tangan nakal.
Post a Comment