Zona Nyaman, We Love!
Para linglung berjiwa kerdil. Berharap masa tua tidur nyenyak. Mengejar mimpi meraih posisi dengan amat mudah. Untuk bermain halma, bernyanyi dengan telinga bertutup headset, atau berselancar di dunia maya bernama internet. Kami, bukan seperti itu. Pencari suaka bertajuk zona kenyamanan. Mati masuk surga, ditopang oleh masa pensiun menerima gaji yang sudah pasti.
Jika ia berujar, saya memanfaatkannya untuk melanjutkan pendidikan. Baik, silakan dan itu hak Saudara. Karena itu pilihan. Dan apakah kau berani setelah mendapat berbagai gelar, cabut, bekerja mandiri, dengan risiko membayar denda puluhan juta. Ah, saya rasa tidak akan mungkin Anda untuk sekadar memilih. Pasti, bertekuk. Karena kenyamanan itu melenakan. Membuat Anda berada di jalur yang dirasa benar, mimpi mimpi tiada henti.
Bangkitlah dari kubur, Teman.
Anda bukan budak. Bukan manusia yang ditakdirkan menyerah pada keadaan. Situasi hendaklah diolah bukan untuk terlalu dirasakan. Rasa terkadang tidak mutlak kebenarannya. Ia dinamis, dan manusia menyandang gelar makhluk sempurna. Maka wajiblah menjadi lebih bernyawa. BERGERAK. Tidak membisu di ruang ruang, mengikuti pelatihan pelatihan yang apakah gunanya, dan setiap Jumat mengikuti gerak molek pembimbing senam. Dan pulang secepatnya, karena popok anak anak belum diganti.
Demi negeri, bangkitlah. Saya dan seluruh pemuda bangsa.
Zona nyaman itu nisbi.
Post a Comment