Waltz for My Big Boss
Saya berdansa waltz untuk mantan atasan saya. Yang selalu menjadi hantu bagi saya. Di setiap melangkah tak bosan saya mengumpat dirinya dalam batin. Semoga segala keburukan berlimpah kepadanya. Inilah dunia buruk yang saya buat sendiri. Bersama entakan kaki saya mengikuti irama ke lantai, dan tangan saya yang serasa menampar kedua pipinya. Kepada ia yang pernah mencampakkan saya dengan cara yang teramat kasar.
Ia menjadi cerita saya. Kebusukan yang ada dalam diri saya. Mengungkap segala jati diri yang ternyata tak seperti kilau mutiara. Comberan, seperti aliran got yang terhalang oleh gundukan sampah tak bernilai. Saya atau dirinya. Yang tak saling memaafkan, karena berprinsip kaku adalah yang kami kemuka. Tak akan ada yang mengalah, karena kami batu yang tak pecah meski debur ombak berniat mengikis keyakinan. Ia berkata, biarlah anak buah saya merasa jika dunia kejam dan itu baik untuk menempa dirinya. Dan saya pula berniat ingin membunuh atau mencabik dagingnya yang tak gempal, mengintainya di malam malam jahanam. Mengganggu tidur, berniat menculik ketiga anak kesayangannya, untuk diberi racun pembasmi kehidupan. Biar ia mati perlahan di alam rekaan dirinya, juga saya akan bergembira dibui ditemani nyamuk dan lalat yang hinggap tanpa curang di telinga dan kaki saya.
Mungkin, saya terlalu nakal. Generasi muda hendaklah mengakui keunggulan sang Dewa berusia tua.
PREKKKKK. Apakah garis keturunan harus selalu ke bawah? Apakah itu tidak adil, bisa jadi ia mengalir ke atas. Dengan terobosan salah satu anak turun yang mengukir nama abadi bagi terah itu. Jadi, janganlah berpikir jika biasa itu menjadi luar biasa.
Luar biasa pasti istimewa.
Dan kebiasaan, mantan bos menendang disertai seringai tawa tak ubahnya seperti anjing yang memakan daging babi empuk gurih dan lezat.
Inilah pertempuran yang sesungguhnya.
Yang menguras energi dan emosi. Sampai kapan? Sampai mati merenggut salah satu dari kami. Atau diantara kami sudah mengharumkan nama, bukan di kampung, tapi di dunia yang menjadikan kami bermusuhan.
Ingat, Anda telah menebas kepala saya dan menggelundungkannya dari gunung, maka kepalamu juga yang menjadi dendamnya.
Biarlah Tuhan menilai niat buruk ini.
Satu, masih satu keinginan saya: Membuat mantan Bos yang mengaku BAIK hati MATI berkalang tanah.
Walah.. PakDhe....
BalasHapusAti2 karo tulisan koyo ngene.. Iso2 keno sel njenengan...
Sabar..Tuhan pasti membalas keburukannya...
Ini cuma belajar jadi orang judes aja.
BalasHapusBukan maksud apa apa.