Dannie Lain yang Bermasalah
Masih beruntung jika saya mendengar cerita tentang kakak lelaki dirinya. Sepertinya, dunia tidak sekasar yang saya sangkakan. Hanya tebakan tak berdasar, dan intinya meletus saat kenyataan lain ditunjukkan.
Teman saya bertutur, tentang kakak lelaki semata wayangnya. Yang teramat tenggelam di dalam masalah tanpa solusi. Sebaya dengan diri saya. Tak seberuntung saya, yang telah diberikan ujian demi ujian, dan saya berhasil mengatasinya. Dengan mulus, meski belum begitu sempurna. Setidaknya, saya masih dalam takaran wajar. Dan saya mengukur dan mencoba memahami jika tak sendirilah saya yang bermasalah. Lelaki itu lebih menderita.
Terjebak dengan perasaan yang ia miliki. Berada di dasar, dan ia tak mampu untuk muncul di permukaan. Terlalu banyak yang memelototi, menghakimi, semua membuat kacau pikirannya yang telah jenuh. Yang ia butuhkan bukan semua hal itu. Tidak sekali sekali. Saya berpikir, semestinya ia lebih dihargai, lebih dimanusiakan jika kata penghargaan terasa terlalu datar. Ia lelaki yang menuruti kodratnya untuk tidak ingin dikalahkan. Jika terus menerus ia mendapat cekok tentang kelebihberuntungan saudara saudara perempuannya, muntah bercampur darahlah yang akan sengaja ia lakukan.
Tak menyalahkan kedua orang tua dirinya yang serasa menebas leher anak lelaki mereka. Tidak. Dan jangan berpikiran ke arah itu. Karena, orang tua berkehendak sebagai orang tua. Yang berlogika seperti orang tua pada umumnya, yang tak ingin seluruh anak mereka tak sukses. Itu fitrah, dan tak bisa dibantah. Tapi, manusia memang manusia, selalu mengukur dengan pas, tak pas, lebih atau kurang. Menurut mereka sudah sesuai, ada kalanya di luar batasan. Orang tua terlalu memihak.
Post a Comment