Menjadi Pejalan-Gendong!
Waktu berlibur telah tiba. Seorang teman kabur dalam nama mengajakku berwisata. Menyusuri tempat-tempat baru yang dia beritakan sangat indah. Lekuk gunung dan matahari yang muncul selalu didengungkan teman baruku itu. Belum lagi ocehannya tentang pasir putih yang menyejukkan telapak kaki saat berjalan. Semua itu membuatku hanyut dalam rasa. Membuaiku dan ingin segera tenggelam di dalamnya.
Lombok dengan keeksotisan yang tenggelam oleh gemilang Pulau Bali. Impian enam tahun yang lalu serasa akan segera terwujud. Meskipun hanya sebuah rencana. Melancong dengan uang yang tak seberapa. Aku ingin menikmati sensasi baru itu, dengan teman baruku.
Uang, aku tak memedulikan uang. Detik ini aku tidak memiliki cadangan uang untuk rencana dua bulan mendatang, berkelana di pedesaan Lombok. Aku hanya mengiyakan, menyanggupi tantangannya untuk berselancar di dunia nyata. Melepaskan penat yang terus menekan dan memburuku setiap hari. Aku ingin bersahabat dengan alam, yang selalu kuimpikan untuk kutuliskan di dalam tulisanku. Masalah uang, aku yakin ada jalan. Entah dari mana. Yang pasti, aku sekarang telah berdamai dengan Tuhan; Jika aku melepaskan seluruh beban dan obsesiku. Aku sekarang milik alam, dan ingin kembali kepadanya.
Kau harus menyiapkan uang sekian rupiah, menyiapkan mental dan fisik, menonton film petualangan, begitu temanku menasihatiku. Siapa takut, aku tak takut. Toh sebentar lagi aku akan memutuskan sebuah pilihan.
Kita tunggu apakah rencana ini menjadi kenyataan. Atau hanya bualanku yang sama dan kuulang-ulang? Betapa bodoh jika aku melakukan tindakan keledai. Ah, dasar mulut besar. Ayo kita buktikan!
Lombok dengan keeksotisan yang tenggelam oleh gemilang Pulau Bali. Impian enam tahun yang lalu serasa akan segera terwujud. Meskipun hanya sebuah rencana. Melancong dengan uang yang tak seberapa. Aku ingin menikmati sensasi baru itu, dengan teman baruku.
Uang, aku tak memedulikan uang. Detik ini aku tidak memiliki cadangan uang untuk rencana dua bulan mendatang, berkelana di pedesaan Lombok. Aku hanya mengiyakan, menyanggupi tantangannya untuk berselancar di dunia nyata. Melepaskan penat yang terus menekan dan memburuku setiap hari. Aku ingin bersahabat dengan alam, yang selalu kuimpikan untuk kutuliskan di dalam tulisanku. Masalah uang, aku yakin ada jalan. Entah dari mana. Yang pasti, aku sekarang telah berdamai dengan Tuhan; Jika aku melepaskan seluruh beban dan obsesiku. Aku sekarang milik alam, dan ingin kembali kepadanya.
Kau harus menyiapkan uang sekian rupiah, menyiapkan mental dan fisik, menonton film petualangan, begitu temanku menasihatiku. Siapa takut, aku tak takut. Toh sebentar lagi aku akan memutuskan sebuah pilihan.
Kita tunggu apakah rencana ini menjadi kenyataan. Atau hanya bualanku yang sama dan kuulang-ulang? Betapa bodoh jika aku melakukan tindakan keledai. Ah, dasar mulut besar. Ayo kita buktikan!
Post a Comment