Jangan ikut Pengumpulbuku, jadilah anggota Pemberangusbuku saja! (Tindakan Cuci Tangan yang Lebih Suci)
Baru kali ini aku mengenal kelompok super bengis tak bermoral. Warga kelas rendahan yang merasa diri kalian paling superior di jagad ini. Tahukah kalian, memahami kover tidak hanya dilihat dari segi artistik semata. Komersialitas juga perlu diperhatikan. Jika salah satu dari kalian berkomentar ‘Sebenarnya ada jalan tengah, artistik tapi mampu menarik pasar.” apa itu sebuah solusi? Jangan asal berucap, sedangkan masa lalumu suram dan tak pernah bersinar. Catat itu. Menilai sampul buku secara ngawur tak ubahnya seorang nenek sihir peyot yang terkena balikan matranya. Mem-voodoo diri kalian sendiri.
Sini, Om kasih pelajaran. Kalian duduk manis di depanku. Aku kasih gulali dan diamlah. Om ceritakan alasan mengapa kover buku Rindunesia itu buruk-buruk, jika mengikuti pendapat kalian. Tapi sebenarnya tak selamanya buruk.
1. Kalian tahu tidak pelajaran ‘berbagi kesempatan’? Jika tidak, berarti kalian termasuk sarjana bahasa paling tolol. Desainer kover Rindunesia membutuhkan tempat untuk berlatih dan berkreasi. Jadi kalau kita mengambil kover luar negeri melulu, apa jadinya negeri kita? Daya imajinasi kita tidak terasah, Anak-anakku manis.
2. Buku bukan milik para kutu buku semata. Kalau kutu buku kelas rendah dikesampingkan, toko-toko buku akan sepi dan seperti perpustakaan daerah.
3. Masalah selera saja kok, Manis. Kalian anggap bagus, belum tentu tukang becak mengiyakan. Bombardir kalian seperti pejabat korup yah ... Kasihan deh lo!
4. Itulah yang menyebabkan negeri kita tidak maju. La, banyak orang pintar sombong. Ya sudahlah .... Kami hanya bisa menertawakan kalian saja. Sepak terjang kalian membuatku geli.
5. Kalian anak buah Tarzan kan? So pasti, hukum rimba yang kalian anut. Tak percuma kalian kuliah di jurusan dan universitas TOP. Hasilnya yang memang benar-benar TOP.
Post a Comment