Aku Ingin Menganak Kembali
Bunda, aku ingin kembali lagi ke rahimmu
Mengisapi sari-sari kesucian darimu
Lewat seutas tali pusarku, aku melahapi kasih sayang yang kau berikan
Aku ingin sekali menyusu kepadamu, Bunda
Agar lega dahagaku
Menghilangkan riak-riak dalam tenggorokanku
Yang lelah melepaskan kalimat-kalimat kotor khas para bandit
Ibunda, kalau boleh aku ingin dimandikan olehmu sekali lagi
Meresapi belaian tanganmu yang lembut
Aku ingin sekali terbasuhi oleh pancaran illahimu
Sebagian cinta yang dititipkan Rabb
Jika sudah kau mandikan dengan air itu
Masukkan aku ke dalam rahimmu sekali lagi, Bunda!
Aku ingin membaui air ketubanmu saat kau memberi jalan kepadaku
Biar aku merasai seberapa berat kau mempertaruhkan nyawamu
Aku ingin menjadi anak kembali Ibunda
Kepolosan yang kau tunjukkan, bolehkan aku tiru?
Ketulusanmu ingin kujalankan dalam tingkah kecilku
Bolehkan, Bunda?
"Oh ... Bunda, hidungku mampet", teriak kecil nan manjaku
"Sini, Sayang, Bunda beri minyak penghangat!" tawar Bunda
Sebetulnya, itu hanyalah tipuanku, Bunda
Yang kubutuhkan bukan minyak oles itu, tapi hangatnya jiwamu
Boleh, kan, Bunda aku mendekapmu?
Bunda, sopankah aku jika ingin menjadi anak kembali?
Dewasakah aku dengan rambatan usiaku, aku mengatakan demikian?
"Aku ingin sekali Bunda jujur kepadaku!" tanyaku
"Apakah Bunda pernah berbohong kepadamu, Sayang?" tanya Bundaku
Tak pernah kau ucapkan kalimat dusta, Bunda
Aku tak pernah mendengarnya
Aku ingin sekali Bunda berbohong kepadaku barang satu kata
Tolong, Bunda!
Bunda, aku ingin kembali ke masa kanak-kanakku lagi
Ingin memperbaikinya sepenuh hati
Aku tak akan sombong lagi
Aku janji tak akan mengumpatmu
Aku janji ...
Bunda, bukalah mulutmu!
Jangan kau diam seperti itu?
Kenapa kau menangis sekarang?
Aku tak bermaksud melukaimu, Bunda ...
"Sayang, waktu tak mungkin kembali lagi!" ujar lembut bundaku
"Semua tak akan bisa kembali, walaupun kau merengek begitu," tambahnya
"Yang ada hanyalah keyakinanmu sekarang ini untuk berubah,"
Lama-kelamaan perkataan itu menghangatkan hatiku untuk tidak menyesali hidup ini
Aku tak akan bisa kembali ke alam kanak-kanak
Aku hanya bisa mengilasi kenanganku dengan termenung
Merasai keceriaan masa kecilku
Dan merentangkan tangan menerima jalan kedewasaan
Hati kecilku ingin dewasa
Tapi kedewasaanku merindukan kala kecilku
Semua bertumpuk dan carut-marut ...
Selamat hari anak nasional, 23 Juli
Mengisapi sari-sari kesucian darimu
Lewat seutas tali pusarku, aku melahapi kasih sayang yang kau berikan
Aku ingin sekali menyusu kepadamu, Bunda
Agar lega dahagaku
Menghilangkan riak-riak dalam tenggorokanku
Yang lelah melepaskan kalimat-kalimat kotor khas para bandit
Ibunda, kalau boleh aku ingin dimandikan olehmu sekali lagi
Meresapi belaian tanganmu yang lembut
Aku ingin sekali terbasuhi oleh pancaran illahimu
Sebagian cinta yang dititipkan Rabb
Jika sudah kau mandikan dengan air itu
Masukkan aku ke dalam rahimmu sekali lagi, Bunda!
Aku ingin membaui air ketubanmu saat kau memberi jalan kepadaku
Biar aku merasai seberapa berat kau mempertaruhkan nyawamu
Aku ingin menjadi anak kembali Ibunda
Kepolosan yang kau tunjukkan, bolehkan aku tiru?
Ketulusanmu ingin kujalankan dalam tingkah kecilku
Bolehkan, Bunda?
"Oh ... Bunda, hidungku mampet", teriak kecil nan manjaku
"Sini, Sayang, Bunda beri minyak penghangat!" tawar Bunda
Sebetulnya, itu hanyalah tipuanku, Bunda
Yang kubutuhkan bukan minyak oles itu, tapi hangatnya jiwamu
Boleh, kan, Bunda aku mendekapmu?
Bunda, sopankah aku jika ingin menjadi anak kembali?
Dewasakah aku dengan rambatan usiaku, aku mengatakan demikian?
"Aku ingin sekali Bunda jujur kepadaku!" tanyaku
"Apakah Bunda pernah berbohong kepadamu, Sayang?" tanya Bundaku
Tak pernah kau ucapkan kalimat dusta, Bunda
Aku tak pernah mendengarnya
Aku ingin sekali Bunda berbohong kepadaku barang satu kata
Tolong, Bunda!
Bunda, aku ingin kembali ke masa kanak-kanakku lagi
Ingin memperbaikinya sepenuh hati
Aku tak akan sombong lagi
Aku janji tak akan mengumpatmu
Aku janji ...
Bunda, bukalah mulutmu!
Jangan kau diam seperti itu?
Kenapa kau menangis sekarang?
Aku tak bermaksud melukaimu, Bunda ...
"Sayang, waktu tak mungkin kembali lagi!" ujar lembut bundaku
"Semua tak akan bisa kembali, walaupun kau merengek begitu," tambahnya
"Yang ada hanyalah keyakinanmu sekarang ini untuk berubah,"
Lama-kelamaan perkataan itu menghangatkan hatiku untuk tidak menyesali hidup ini
Aku tak akan bisa kembali ke alam kanak-kanak
Aku hanya bisa mengilasi kenanganku dengan termenung
Merasai keceriaan masa kecilku
Dan merentangkan tangan menerima jalan kedewasaan
Hati kecilku ingin dewasa
Tapi kedewasaanku merindukan kala kecilku
Semua bertumpuk dan carut-marut ...
Selamat hari anak nasional, 23 Juli
Post a Comment