MEMBURU CURUG CIMANINTIN (4)
Keajaiban itu bernama tongkat narsis. Tak pernah sekalipun saya memakai tongsis yang pamornya melesat tiga tahunan ini. Tiap saya mendapati teman teman memamerkan keceriaan lewat foto mereka bertongsis ria di media sosial, saya mencibirnya dan mengatakan mereka haus popularitas.
Namun, minggu kemarin saya mereset ulang pemikiran saya itu. Barulah saya merasakan dahsyatnya memotret diri sendiri dengan tongkat menjulur yang menyambungkan jemari kita dengan gadget. Tinggal kita setel penghitung waktu mundur, kita bisa mengabadikan ekspresi kita.
Saya tidak mencoba mengoperasikan tongsis yang Afril bawa. Biarkan teman teman yang melakukannya. Sensasinya luar biasa. Berlatar pemandangan sepanjang jalan ke Curug Cimanintin, bungah hati ini seakan meledak saat gadget menjepret wajah wajah kami.
Kaki kaki yang cangkeul, pegal, akibat medan yang naik turun dan jalan yang berbatu, seketika terobati oleh teriakan dan melebarnya mulut kami bersama sinar matahari yang jor joran menimpa kulit tropis kami. Semua itu karena tongsis yang spektakuler itu!
Post a Comment