MEMBURU CURUG CIMANINTIN (1)
Perkenalkan sahabat baru saya yang seluruhnya Sunda. Saya memberi mereka nomor urut agar kalian bisa mengenal mereka, suatu waktu kita bisa mengobrol santai di lain tur "My Trip My Adventure: Perjalanan Saya Petualangan Saya". Nomor saya sendiri paling buncit dalam foto yang nyaris tak tampak agar kalian tahu saya hanyalah pendukung sahabat sahabat saya yang hebat nan energik. Saya hanya berperan penyokong kebesaran nama mereka.
Melihat satu persatu foto sahabat Sunda saya, pikiran saya tertarik ketika sohib Tionghoa saya berkata pedas pada saya. Itu tak lebih ungkapan kekesalannya semasa kecil mendapat pelecehan sebayanya hanya karena ia bermata sipit dan berkulit kuning.
'Rasakan sekarang kau minoritas di Priangan, Dan!' katanya.
Sekarang, saya merasa pada posisi sulit seperti karib Tionghoa saya yang sampai sekarang menyimpan dendam dan trauma mendalamnya. Hidup saya sekarang di Bumi Pasundan. Rezeki saya terhampar luas di negeri jaipong ini. Apakah saya akan seperti teman Tionghoa saya? Tidak. Selalulah saya berpikir bagian dari orang Sunda. Jiwa saya besarkan untuk melebur dengan mereka. Tak ada jalan lain.
Terus terang, saya tak tengah melakukan sengatan pemikiran pada sahabat Tionghoa saya itu. Ia toh sudah sibuk dengan pekerjaannya yang semoga saja mengikis rasa ketakpercayaannya pada kami Jawa. Paling penting, sekarang saya punya sahabat anyar yang baru tadi petang rampung jalan jalan ke Curug Cimanintin di Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya. Dari Universitas Siliwangi di pusat kota sejarak 70 kilo.
Mereka sahabat saya adalah:
1. A Yudi. Ia blasteran Sunda dan Jawa. Biar dramatis saya sendiri yang Jawa, ia saya anggap Sunda saja. Bekerja di toko tekstil milik pengusaha Pakistan, ia bertubuh atletis yang menyukai dunia otomotif dengan tunggangannya Honda Tiger.
2. A Yayan. Berkat ialah saya bisa bergabung ke komunitas My Trip My Adventure. Perawakannya kurus dengan bahasanya sopan dan lirih khas Sunda. Jiwa kepemimpinannya terasa dari radius berkilo kilo.
3. A Soni Sonara. Wajahnya mirip Ariel Noah hanya ia kurus. Penampilannya modis dan suka berceletuk yang memancing tawa tim. Lincah bergerak, ia suka difoto seolah dirinya artis.
4. Kang Brata. Selengekan namun punya jiwa peduli tinggi. Terbukti dengan ia mengawal dari awal sampai akhir anggota cewek bernama Teh Reni.
5. Cepi. Anggota tim lama menyebutnya Samson Sunda. Kabarnya, ia pernah mengalami kecelakaan lalu lintas yang parah. Secara logika, ia kudunya sudah koit namun takdir masih menyelamatkannya. Mobil yang menabraknya malah remuk.
6. Iyus. Bekerja di dealer Yamaha. Ialah yang menyetir motor Honda saya. Apakah ia galau saat mengendarainya karena beda merek? Sepanjang jalan, ia mengajari saya bahasa Sunda.
7. A Rahmat. Si penunggang thunder dengan pacarnya Teh Marlina menempel ketat di belakangnya. Suaranya mirip teman saya di Jogja bernama Ipul. Percis.
8. Teh Reni. Lugu dan baik hati. Mudah dipancing untuk ia bercerita panjang lebar tentang dirinya yang teman teman lain membulinya. Sasaran empuk objek penderita. Tempat kerjanya jauh di Banjarsari Kabupaten Tasikmalaya. Salut dengan keinginan besarnya ikut tur. Kang Brata bodyguardnya!
9. Afrilia. Mahasiswi STT Telkom Bandung. Pemilik tongsis. Punya kegemaran menulis sama dengan saya namun ia nyaman di puisi.
10. Teh Marlina. Pacar A Rahmat. Bekerja di toko bakery di Tasik. Dunia kreasi bakery ia gemari karena mampu mewakili pribadinya yang suka merancang kue.
11. Mia. Kuliah di STIA Tasikmalaya. Ilmu administrasi. Bergabung di UKM pecinta alam. Saya simak, ia tak punya pusar alias tak mudah letih. Tidak suka membuka sepatunya karena malas menalinya.
12. A Angga. Julukannya Caesar karena mirip artis Yuk Keep Smile Trans TV yang sekarang sudah tak laku. Caesar yang ini sebagai fotografer.
13. A Irwan. Ia datang telat karena ada urusan kantornya. Berangkat jam sebelas, sampai lokasi jam satu siang. Wah, keren bela belain menyusul.
14. Daniera. Suka ngambek.
Sebetulnya, banyak anggota My Trip My Adventure yang lain namun tengah berhalangan hadir. Saya pikir perjalanan berikutnya akan lebih menarik karena komplet. Nantikan profil teman teman yang lain, ya!
Melihat satu persatu foto sahabat Sunda saya, pikiran saya tertarik ketika sohib Tionghoa saya berkata pedas pada saya. Itu tak lebih ungkapan kekesalannya semasa kecil mendapat pelecehan sebayanya hanya karena ia bermata sipit dan berkulit kuning.
'Rasakan sekarang kau minoritas di Priangan, Dan!' katanya.
Sekarang, saya merasa pada posisi sulit seperti karib Tionghoa saya yang sampai sekarang menyimpan dendam dan trauma mendalamnya. Hidup saya sekarang di Bumi Pasundan. Rezeki saya terhampar luas di negeri jaipong ini. Apakah saya akan seperti teman Tionghoa saya? Tidak. Selalulah saya berpikir bagian dari orang Sunda. Jiwa saya besarkan untuk melebur dengan mereka. Tak ada jalan lain.
Terus terang, saya tak tengah melakukan sengatan pemikiran pada sahabat Tionghoa saya itu. Ia toh sudah sibuk dengan pekerjaannya yang semoga saja mengikis rasa ketakpercayaannya pada kami Jawa. Paling penting, sekarang saya punya sahabat anyar yang baru tadi petang rampung jalan jalan ke Curug Cimanintin di Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya. Dari Universitas Siliwangi di pusat kota sejarak 70 kilo.
Mereka sahabat saya adalah:
1. A Yudi. Ia blasteran Sunda dan Jawa. Biar dramatis saya sendiri yang Jawa, ia saya anggap Sunda saja. Bekerja di toko tekstil milik pengusaha Pakistan, ia bertubuh atletis yang menyukai dunia otomotif dengan tunggangannya Honda Tiger.
2. A Yayan. Berkat ialah saya bisa bergabung ke komunitas My Trip My Adventure. Perawakannya kurus dengan bahasanya sopan dan lirih khas Sunda. Jiwa kepemimpinannya terasa dari radius berkilo kilo.
3. A Soni Sonara. Wajahnya mirip Ariel Noah hanya ia kurus. Penampilannya modis dan suka berceletuk yang memancing tawa tim. Lincah bergerak, ia suka difoto seolah dirinya artis.
4. Kang Brata. Selengekan namun punya jiwa peduli tinggi. Terbukti dengan ia mengawal dari awal sampai akhir anggota cewek bernama Teh Reni.
5. Cepi. Anggota tim lama menyebutnya Samson Sunda. Kabarnya, ia pernah mengalami kecelakaan lalu lintas yang parah. Secara logika, ia kudunya sudah koit namun takdir masih menyelamatkannya. Mobil yang menabraknya malah remuk.
6. Iyus. Bekerja di dealer Yamaha. Ialah yang menyetir motor Honda saya. Apakah ia galau saat mengendarainya karena beda merek? Sepanjang jalan, ia mengajari saya bahasa Sunda.
7. A Rahmat. Si penunggang thunder dengan pacarnya Teh Marlina menempel ketat di belakangnya. Suaranya mirip teman saya di Jogja bernama Ipul. Percis.
8. Teh Reni. Lugu dan baik hati. Mudah dipancing untuk ia bercerita panjang lebar tentang dirinya yang teman teman lain membulinya. Sasaran empuk objek penderita. Tempat kerjanya jauh di Banjarsari Kabupaten Tasikmalaya. Salut dengan keinginan besarnya ikut tur. Kang Brata bodyguardnya!
9. Afrilia. Mahasiswi STT Telkom Bandung. Pemilik tongsis. Punya kegemaran menulis sama dengan saya namun ia nyaman di puisi.
10. Teh Marlina. Pacar A Rahmat. Bekerja di toko bakery di Tasik. Dunia kreasi bakery ia gemari karena mampu mewakili pribadinya yang suka merancang kue.
11. Mia. Kuliah di STIA Tasikmalaya. Ilmu administrasi. Bergabung di UKM pecinta alam. Saya simak, ia tak punya pusar alias tak mudah letih. Tidak suka membuka sepatunya karena malas menalinya.
12. A Angga. Julukannya Caesar karena mirip artis Yuk Keep Smile Trans TV yang sekarang sudah tak laku. Caesar yang ini sebagai fotografer.
13. A Irwan. Ia datang telat karena ada urusan kantornya. Berangkat jam sebelas, sampai lokasi jam satu siang. Wah, keren bela belain menyusul.
14. Daniera. Suka ngambek.
Sebetulnya, banyak anggota My Trip My Adventure yang lain namun tengah berhalangan hadir. Saya pikir perjalanan berikutnya akan lebih menarik karena komplet. Nantikan profil teman teman yang lain, ya!
Maaf mas mu ngasih koreksi itu ada salah nama nomor 10, pacarnya a rahmat namanya bukan linda tapi marlina amalia....
BalasHapusklo Linda kmarn ga ikut nge trip..(yayan)
Siap, Kang Yayan. Sudah sy perbaiki hehe. Nuhun
Hapus