My Name is Isobel
Namaku Isobel. Tanpa ISO, aku tetap Isobel. Suka tertawa, tak suka diketawain. Aku tertawa tidak untuk melecehkan orang orang yang aku benci dan tak suka. Menertawakan diri sendiri. Tak memiliki karakter. Yang ada hanya mengikuti gaya orang lain. Yang dianggap keren. Tapi anehnya, aku sangat senang. Tak perlu mencari, tinggal menerima. Seperti diberi remah remah, tak perlu harus menikmati roti sesungguhnya. Tak masalah.
Namaku Isobel. Bel selalu aku bawa. Gemerincingnya terdengar mengikuti gerak kaki kakiku menuju ke mana saja aku melangkah. Bebas. Dan tentu membuat orang orang berpaling kepadaku. Untuk sekadar bertanya, siapa anak itu? Pelan pelan saja aku mencoba meraih simpati orang. Perlahan pula lepas dari pengaruh sihir orang yang kuanggap hebat. Menjadi diri sendiri agaknya perlu dipertimbangkan. Karena lama lama aku juga tak nyaman. Karena idolaku adalah munafik paling ular di dunia ini.
Namaku Isobel. Tak harus mengutuk si Fulan yang menjadikanku bergairah sepanjang hidupku. Pengaruhnya memang hebat. Membuatku serasa ingin makan lima kali dalam sehari. Kecerdasan, riangnya, dan santun dirinya membuat tubuhku bagaikan budak baginya. Tapi, kembali lagi, saya sadar ini bukan akhir yang aku cari. Idola, membuatku seperti mumi Mesir.
Namaku Isobel. Selanjutnya, apakah nama Isobel hanya sebuah ucapan tak berarti. Atau, Isobel akan terpajang di dinding dinding para remaja. Dengan karya karya Isobel. Diriku.
Namaku Isobel. Bel selalu aku bawa. Gemerincingnya terdengar mengikuti gerak kaki kakiku menuju ke mana saja aku melangkah. Bebas. Dan tentu membuat orang orang berpaling kepadaku. Untuk sekadar bertanya, siapa anak itu? Pelan pelan saja aku mencoba meraih simpati orang. Perlahan pula lepas dari pengaruh sihir orang yang kuanggap hebat. Menjadi diri sendiri agaknya perlu dipertimbangkan. Karena lama lama aku juga tak nyaman. Karena idolaku adalah munafik paling ular di dunia ini.
Namaku Isobel. Tak harus mengutuk si Fulan yang menjadikanku bergairah sepanjang hidupku. Pengaruhnya memang hebat. Membuatku serasa ingin makan lima kali dalam sehari. Kecerdasan, riangnya, dan santun dirinya membuat tubuhku bagaikan budak baginya. Tapi, kembali lagi, saya sadar ini bukan akhir yang aku cari. Idola, membuatku seperti mumi Mesir.
Namaku Isobel. Selanjutnya, apakah nama Isobel hanya sebuah ucapan tak berarti. Atau, Isobel akan terpajang di dinding dinding para remaja. Dengan karya karya Isobel. Diriku.
Post a Comment