Kesurupan Isu Sesat
Isu isu bergentayangan. Ada yang menyebut, besok gempa besar. Yang lain berkata, gunung A akan meletus dahsyat dan seluruh kota akan luluh lantah. Atau, si Dukun XYZ memberi wejang kepada seluruh warga untuk menyelamatkan diri. Karena akan terjadi hujan lebat, dan Kota Jakarta akan tenggelam tanpa menyisakan kehidupan di dalamnya. Mana yang bisa dipercaya, kepada siapa harus memohon kejelasan. Seluruh penghuni kota dalam keadaan panik. Tak ada yang mampu mengontrol emosi. Rasio serasa terbuang. Di dasar laut, bermain bersama fosil ikan purba.
Lelaki paruh baya kesurupan. Termakan oleh isu yang berkembang. Ketakutan satu keluarganya binasa. Ditelan bumi, terkubur abu vulkanik, atau terpanggang oleh panasnya matahari. Demi kelangsungan kehidupan, ia berteriak teriak agar sang istri dan anak mengikuti dirinya. Ke luar dari kota. Yang jauh dengan tempat diprediksi akan terjadi bencana yang super hebat.
Mata melotot memerah, rambut yang putih semakin tampak menyala dengan warna peraknya. Otot otot menegang, tangan menggenggam tanda tekanan darahnya memuncak. Ia berceracau, yang tak dipahami sang istri. Dua anaknya melongo, tak sempat berpikir, mengikuti saja akhirnya kepada kesurupan si Bapa. Ya, akibat isu isu dahsyat.
Memanggil taksi, berlari lari sambil terisak. Mereka sekeluarga meninggalkan kota yang selama ini memberi kehidupan. Dan, ketika bencana mengancam, mereka lupa jika itu adalah cara sang Kota bercanda pada mereka.
Tak apalah. Selamat jalan wahai para pengungsi. Semoga harta bendamu aman. Tak dirampok oleh para penggarong. Yang memanfaatkan situasi.
Lelaki paruh baya kesurupan. Termakan oleh isu yang berkembang. Ketakutan satu keluarganya binasa. Ditelan bumi, terkubur abu vulkanik, atau terpanggang oleh panasnya matahari. Demi kelangsungan kehidupan, ia berteriak teriak agar sang istri dan anak mengikuti dirinya. Ke luar dari kota. Yang jauh dengan tempat diprediksi akan terjadi bencana yang super hebat.
Mata melotot memerah, rambut yang putih semakin tampak menyala dengan warna peraknya. Otot otot menegang, tangan menggenggam tanda tekanan darahnya memuncak. Ia berceracau, yang tak dipahami sang istri. Dua anaknya melongo, tak sempat berpikir, mengikuti saja akhirnya kepada kesurupan si Bapa. Ya, akibat isu isu dahsyat.
Memanggil taksi, berlari lari sambil terisak. Mereka sekeluarga meninggalkan kota yang selama ini memberi kehidupan. Dan, ketika bencana mengancam, mereka lupa jika itu adalah cara sang Kota bercanda pada mereka.
Tak apalah. Selamat jalan wahai para pengungsi. Semoga harta bendamu aman. Tak dirampok oleh para penggarong. Yang memanfaatkan situasi.
Post a Comment