Menjadi Papa yang Terhormat
Papa, saya menjadi papa untuk saat ini. Papa dari seorang wanita yang saya cintai, istri saya. Dan untuk kedua anak mungil saya. Yang berceloteh manja, dan selalu ingin bermain kejar kejaran di saat pulang kerja saya. Lelah menguap menjadi ceria yang mengisi ruang kami, rumah kecil kami yang baru. Aneh, tak pernah saya sadari, saya telah menjadi lelaki sempurna, menghidupi tiga orang dan juga diri saya.
'Dan kau tak jadi temanku lagi.'
'Kau terlalu kejam. Tak peduli pada kesusahan orang lain. Masuklah kau ke neraka. Nikmatilah kehidupanmu yang pantas di sana.'
'Darahmu bukan biru. Merah seperti yang lain. Tak pantas menemani perjalanan saya. Hari hari saya muram bersamamu.'
'Apa yang saya akan dapat. Menjalin hubungan denganmu tak ubahnya seperti memberi garam di air laut. Percuma.'
'Kau sudah kaya, karirmu melesat cepat. Aku masih begini begini saja. Lupakan aku.'
'Pedih mengingatmu. Saya melarikan diri, bersembunyi darimu, karena tak tega kau tertekan dengan segala keadaan diri saya.'
Hari hari saya penuh dengan perbincangan seperti itu. Keruh dan selalu tak menemukan persinggungan untuk sekadar memahami. Dan ia hadir, istri saya, selanjutnya mereka, dua bocah kebanggaan saya. Dunia serasa milik kami berempat. Saya bertekad menjadi papa yang bijaksana. Melebih ayah saya, belajar dari kekurangan beliau yang telah tiada, untuk meningkatkan kebaikan yang pernah ayah ajarkan.
Segala hormat teruntuk ayah di surga, yang telah mengukir jiwa saya menjadi seperti ini. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang saya miliki. Kami miliki.
Menjadi ayah atau papa yang bahagia.
Hahaha..Kpn kau wujudkan hayalanmu jd papa ini an?Sepulang dr belanda? :p
BalasHapusIni sudah nyata, Nikinput.
BalasHapusYa ya ya. Boleh, dari Belanda juga Oke.
Atau di Belanda saja. Saya mencari perempuan Afro America je. hahaha.