Memberi Selimut, Guling, dan Obat Anti Nyamuk buat KONI
Pagi yang amat memikat. Memberi kejutan kepada adinda mungil yang tengah berjuang, berlomba bola voli. Tebakanku hampir pasti tak meleset: ia memiliki kemampuan yang besar di olahraga itu. Tinggal memoles, memberi dukungan yang total kepadanya.
'Bella, ayo kamu bisa!' seruku.
Awalnya ia tak menyadari, karena berkonsentrasi penuh melumpuhkan lawan. Bersama tiga kompatriotnya, Bella kalah postur.
Set pertama Bella Cs. menang.
Selanjutnya lawan menemukan permainan idealnya. Gaya voli pantai, nduleg nduleg, mereka menguasai lapangan karena diuntungkan di babak awal mendapat bye. Bella Cs. keletihan setelah menghancurkan lawan sebelumnya.
Set dua, kalah.
Bella memang lemah dalam kontrol emosi, penilaianku. Jika hatinya sesuai, lawan seberat apapun akan dibuat frustasi. Tapi bila sedang turun mental, buruk penampilannya. Sama persis dengan diriku, kakaknya yang justru unggul di lahan selain olahraga. Apa yang membuat stabilitas emosi kurang bagus? Masih aku selidiki.
Tanpa menyalahkan panitia, set penentuan Bella Cs. kalah. Oh, andai undian menguntungkan. Andai lawan kalah di babak sebelumnya. Padahal Bella unggul dalam teknik. Sang lawan menang ngotot dan lebih fit. Ah, olahraga bukan permainan dadu atau lotre. Sudahlah, aku hibur Bella yang menangis bombay dihibur guru gurunya. Rekan rekannya juga ikut membikin awan gelap, mendung, petir menggelegar, hujan air mata deh ...
Tak hanya dunia kerja yang mengalami pasang surut. Olahragapun demikian. Tapi tak pantas juga mengikuti gaya KONI yang super cengeng.
Wahai pimpinan KONI, apakah Anda tidur saja di sana? Bibit bibit potensial di mana mana. Tak hanya bola voli, seluruh cabang olahraga menanti tangan buntung Anda untuk bertindak. Tidak hanya menyoraki jika atlet menang, dan menyerapahi jika kalah. Mana keadilan di negeri yang Anda bilang Zamrud Khatulistiwa? Buih. Daripada teriak, mending aku mentraktir Bella makan ayam bakar. Dunia akan mencatat jika kami: Pejuang tanpa kenal lelah.
'Bella, ayo kamu bisa!' seruku.
Awalnya ia tak menyadari, karena berkonsentrasi penuh melumpuhkan lawan. Bersama tiga kompatriotnya, Bella kalah postur.
Set pertama Bella Cs. menang.
Selanjutnya lawan menemukan permainan idealnya. Gaya voli pantai, nduleg nduleg, mereka menguasai lapangan karena diuntungkan di babak awal mendapat bye. Bella Cs. keletihan setelah menghancurkan lawan sebelumnya.
Set dua, kalah.
Bella memang lemah dalam kontrol emosi, penilaianku. Jika hatinya sesuai, lawan seberat apapun akan dibuat frustasi. Tapi bila sedang turun mental, buruk penampilannya. Sama persis dengan diriku, kakaknya yang justru unggul di lahan selain olahraga. Apa yang membuat stabilitas emosi kurang bagus? Masih aku selidiki.
Tanpa menyalahkan panitia, set penentuan Bella Cs. kalah. Oh, andai undian menguntungkan. Andai lawan kalah di babak sebelumnya. Padahal Bella unggul dalam teknik. Sang lawan menang ngotot dan lebih fit. Ah, olahraga bukan permainan dadu atau lotre. Sudahlah, aku hibur Bella yang menangis bombay dihibur guru gurunya. Rekan rekannya juga ikut membikin awan gelap, mendung, petir menggelegar, hujan air mata deh ...
Tak hanya dunia kerja yang mengalami pasang surut. Olahragapun demikian. Tapi tak pantas juga mengikuti gaya KONI yang super cengeng.
Wahai pimpinan KONI, apakah Anda tidur saja di sana? Bibit bibit potensial di mana mana. Tak hanya bola voli, seluruh cabang olahraga menanti tangan buntung Anda untuk bertindak. Tidak hanya menyoraki jika atlet menang, dan menyerapahi jika kalah. Mana keadilan di negeri yang Anda bilang Zamrud Khatulistiwa? Buih. Daripada teriak, mending aku mentraktir Bella makan ayam bakar. Dunia akan mencatat jika kami: Pejuang tanpa kenal lelah.
BalasHapusGa nyangka kau ada perhatian di bidang olah raga, Ndy. Padahal badanmu ringkih gitu, udah jelas ga bakal jadi atlet. Kalo jadi provokator biar atlet tinju Indo mencokot kuping lawannya, bolehlah.
Sapa bilang ringkih?
BalasHapusTiap sabtu minggu aku berenang. Dulu sih. Moga dalam waktu dekat rutin kembali.