Harga Balas Dendam
Antara doa saat bersujud kepada Tuhan, aku selipkan kalimat pembalasan dendam. Kepada mereka yang secara tak adil membuatku terpuruk. Menjadikan diriku goyang terombang ambing mempertahankan posisi. Berharap Tuhan memberikan kutukan sesuai pengharapanku. Mereka menjadi bangkrut, tak utuh dalam berkeluarga, atau mati oleh penyakit yang mengerikan.
Tuhan, biarkan mereka binasa, agar diriku puas. Pertemukan kami di suatu tempat, lihatlah kami saling beradu. Tidak di dunia, tapi di tempat kami bisa memuaskan diri dalam cerca dan hina.
Benarkah aku dengan pemikiran ini? Kegagalanku harus diikuti binasanya musuh musuhku? Tidakkah mereka juga berperan membentuk jiwaku walau sekelumit? Apakah doa burukku karena dewasa belum menyentuh sanubariku? Hingga aku terus merasa hanya diriku yang berhak menikmati dunia. Dunia menurutku seorang.
Jangan jangan mereka memberiku cambukan agar aku terlecut. Lari lebih kencang meski perih yang kurasa terlebih dahulu. Atau mereka, musuhku, ingin agar aku lebih mandiri?
Agaknya berpikir positip lebih layak dilakukan daripada terus berkutat di arena penuh kekecewaan. Keindahan tidak hanya dari cantik rupa. Ketidaktampanan kadang memberi kesan mendalam.
Tuhan, biarkan mereka binasa, agar diriku puas. Pertemukan kami di suatu tempat, lihatlah kami saling beradu. Tidak di dunia, tapi di tempat kami bisa memuaskan diri dalam cerca dan hina.
Benarkah aku dengan pemikiran ini? Kegagalanku harus diikuti binasanya musuh musuhku? Tidakkah mereka juga berperan membentuk jiwaku walau sekelumit? Apakah doa burukku karena dewasa belum menyentuh sanubariku? Hingga aku terus merasa hanya diriku yang berhak menikmati dunia. Dunia menurutku seorang.
Jangan jangan mereka memberiku cambukan agar aku terlecut. Lari lebih kencang meski perih yang kurasa terlebih dahulu. Atau mereka, musuhku, ingin agar aku lebih mandiri?
Agaknya berpikir positip lebih layak dilakukan daripada terus berkutat di arena penuh kekecewaan. Keindahan tidak hanya dari cantik rupa. Ketidaktampanan kadang memberi kesan mendalam.
smg bs sabar
BalasHapusDan, besok ada selamatan. Namaku berganti Sabarman
BalasHapus
BalasHapusBukankah Bocah Negeri Seberang pun pernah menghenyak Tuan Editor? Ihik, aku jadi teringat pada mendiang, sedih hatiku.... Huhuhu....
Ngerokok kretek ae yuk. Biar ga sama2 sedih.
BalasHapus
BalasHapusCari penyakit. Paru-parumu kan soak. Pengen mati apa???
Ye, kasusmu ga bisa dialihkan padaku. Fakta bukan fiksi.
BalasHapus
BalasHapusKok fiksi. Kau aja takut minum es, pengen ngudut pula.
Ah bongkar kabeh aibku. Kau layak jadi pengganti Cut Tari di Insert.
BalasHapus
BalasHapusTanda sayang saja, jangan disalahartikan. Cocoknya kau dikurung bareng Ryan, biar dia insaf.
Ryan Hidayat dah mati.
BalasHapus
BalasHapusRyan Jombang.
Oh ya biarin saja. Kenapa dipermasalahkan. Dasar latah.
BalasHapus
BalasHapusGitu aja kok repot, ya? Prek.
Wow kata2 Gus Dur. Aku tahuww
BalasHapus
BalasHapusAku ndak komen. Ntar rusuh lagi kek semalam. Pendukung si Gus ngamuk.
Haha. Guwe ama Adi dueh.
BalasHapus
BalasHapusMaaf aku tak sebut merek.
Sebutlah Nyi Blorong. Uang datang kepadamu.
BalasHapus