Romansa Bulan Madu Pengantin Muda
Sepasang muda-mudi yang baru saja menikah sedang menikmati suasana pantai. Bulan madu mereka dalam naungan bulan bundar bercahaya. Angin meniup kedua badan mereka yang saling berangkulan, menempelkan kulit sembari berharap aliran darah mereka juga akan menyatu. Kecup mesra dilayangkan sang lelaki ke kening perempuan, sungguh mesra dalam balutan cinta yang masih segar merekah. Kaki mereka merasakan kasarnya pasir pantai, menyatukan hati dengan pantai.
Ombak bergulung-gulung seakan memberikan hidangan musik alam bagi mereka. Pasangan itu pun tahu bahwa kehadiran mereka telah diterima oleh alam penuh pesona. Bali dengan nyiur melambainya, juga kelapa muda yang sungguh segar. Malam ini, goyangan pohon kelapa itu terlihat samar, namun suara gesekan daunnya terdengar jelas. Pasangan baru itu terus saja menyusuri pantai, kadang kala mendekatkan diri dengan buih air laut yang mendekati mereka. Romantisme yang terpancar dari gerak tubuh kedua insan itu diiyakan oleh pendar cahaya bulan di air laut. Mematulkan warna-warni surga yang menenangkan jiwa mereka.
Sang gadis yang sebentar lagi menanggalkan hiasan termewahnya, keperawanannya, mulai merajuk si lelaki. Gadis itu tak mampu mengucapkan kalimat-kalimat puitis, karena biasanya sang lelaki yang melantunkannya. Sang lelaki tahu jika gadis pujaannya menginginkan hal itu. Puisi sebelum masa terdahsyat dalam hidup mereka.
Hai gadis kecil yang menari-nari
Bersediakah kau mendekatiku
Dengan goyangan indah berikut alunan suara merdumu
Aku terus menanti dalam harap tak terbatas
Terus saja kau mengelak dengan lirikan nakalmu
Tapi aku tahu jika kau ingin aku mengejarmu
Menangkapmu lantas menerkammu
Gadis dengan buah dada ranum maukah kau mendekatiku
Janganlah kau berbasa-basi, kemarilah hai bungaku
Aku bersedia sekadar mengecupmu
Atau kau ingin kita berada di tempat lain
Tak di pantai ini, tak pula di dekat lautan yang menggelora
Mari kita beranjak ke peraduan
Menikmati malam, melepaskan gejolak yang telah lama kita pendam
Gadis itu tertawa lepas. Tak biasanya si lelaki berpuisi seperti itu. Jalinan kata yang terasa panas dan bergejolak. Tapi dia tahu bahwa malam ini, dia adalah milik lelaki yang telah secara sah menjadi suaminya. Hidup dan mati, diserahkannya kepada lelaki itu. Pemimpin yang semoga menjadi betul-betul tombak hidupnya. Tempatnya berkeluh kesah, berbagi cinta, tak hanya di ranjang bulan madu, tapi di seluruh napas hidupnya.
Hai gadis muda penuh pesona
Dalam rangkulanku kau kuajak memasuki hidup abadi
Merasakan cinta yang semoga abadi bersamamu
Dan ....
Post a Comment